DINAS Ketahanan Pangan, Perikanan, dan Pertanian (DKP3) Kota Bontang, Kalimantan Timur (Kaltim) langsung bergerak cepat.
Usai mendapatkan informasi bahwa ada seekor sapi yang menunjukkan tanda klinis PMK alias penyakit mulut dan kuku.
Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Hewan DKP3 drh Riyono menerangkan sapi tersebut kiriman dari luar bontang. “Kejadian ini terjadi satu pekan pasca Iduladha,” terangnya.
Sapi tersebut baru mendapat suntikan pertama vaksin PMK. Kemudian kondisi tubuhnya menurun. Setelah menempuh perjalanan dari daerah asal. Tandanya meliputi melepuh pada mulutnya, kakinya luka, demam, hingga keluar liur banyak.
“Kami memerintahkan sapi itu langsung dipotong,” sebutnya.
Terkait sapi lainnya di lokasi tersebut dipastikan tidak ada yang menunjukkan ke arah klinis PMK. Sapi tersebut semula hendak dijual saat mendekati Iduladha. Namun tidak laku di pasaran. Setelah dipotong sapi pun diserahkan kepada peternak.
“Jika dikonsumsi oleh manusia pun tidak menjadi masalah. Sebenarnya setelah tidak laku mau dipelihara. Tetapi kami sarankan dipotong,” urai dia.
Sejatinya peternak itu sudah memahami terkait PMK ini. Sehingga begitu ada tanda klinis yang mirip langsung melapor ke DKP3. Petugas bakal langsung melakukan pengecekan di lapangan.
Tujuannya agar virus ini tidak menyebar secara masif. Seharusnya seluruh sapi tersebut telah mendapat suntikan vaksin booster.
Jenis penyakit ini disebabkan dari virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Apthovirus yakni Aphtaee epizootecae.
Masa inkubasi dari penyakit 1-14 hari yakni masa sejak hewan tertular penyakit hingga timbul gejala penyakit. Virus ini dapat bertahan lama di lingkungan dan bertahan hidup pada tulang, kelenjar, susu, serta produk susu.
Angka kesakitan ini bsia mencapai 100 persen dan angka kematian tinggi ada pada hewan muda atau anak-anak. Tingkat penularan PMK cukup tinggi. Tetapi tingkat kematian hanya 1-5 persen. (*)
Discussion about this post