pranala.co – Pagi masih buta. Said Omar Nagata sudah bangun. Tak seperti biasanya, siswa kelas 1 D SD IT As syamil Bontang ini buru-buru merapikan tempat tidurnya. Ambil air wudu, sarung, dan peci. Dia menyempatkan Salat Subuh meski waktu sudah menunjukan pukul 05.32 Wita.
Cuaca masih dingin, apalagi Kota Bontang sudah diguyur hujan. Usai Salat Subuh, bocah enam tahun ini pun bergegas ke kamar mandi. Air di baskom hijau sudah dicampur air panas yang direbus ibunya sedari 10 menit lalu.
Rumah di Jalan Seruling 4 RT 21 Nomor 74 E Bontang Baru, Kota Bontang itu memang tak seperti biasa. Maklum, hari ini, Senin (13/9) merupakan hari pertama Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas selama pandemi Covid-19 melanda negeri ini.
Dewi Susilawati, ibu dari Said Omar Nagata sudah dibuat sibuk sedari pukul 05.10 Wita. Wanita yang juga bekerja di salah satu bank itu harus bangun lebih awal menyiapkan anak sulungnya bersekolah.
“Bangunnya lebih pagi. Senang sih, apalagi ini adalah pertama kali Nagata bersekolah tatap muka,” katanya.
Buku, seragam sekolah, jas hujan, masker hingga handsanitizer disiapkannya dengan teliti. Sesekali dia cek ulang, takut ada ketinggalan. Nasi goreng juga disiapkan agar Nagata bisa sarapan terlebih dulu.
Tepat pukul 06.35 Wita, Nagata pun berangkat sekolah menggunakan sepeda motor. Meski gerimis, antusiasme bersekolah yang tinggi tak menyurutkan semangatnya.
Setiba di SDIT As Syamil, para orangtua hanya mengantar sampai halaman parkir. Sebelum masuk, Nagata diwajibkan mencuci tangan memakai sabun di wastafel yang disediakan. Selepas itu, suhu badan dicek, masker tak boleh dilepas.
Usai melewati semua tahapan skrining, barulah siswa diizinkan masuk sekolah. Durasi belajarnya pun hanya. 2 jam, mulai pukul 07.00 sampai 09.00 Wita. Satu kelas dibagi dua sif. Tiap sif hanya ada 12 orang. sif pertama masuk pukul 07.00 Wita dan sif kedua masuk pukul 13.00 Wita. PTM ini pun dilakukan dua hari dalam seminggu. Sisanya tetap daring.
“Ada surat izin orangtua juga kami tandatangani. Jadi PTM ini tidak memaksa orangtua. Kalau ada anak batuk pilek atau dari luar kota juga tidak diizinkan ikut PTM,” jelas Dewi.
Serupa di SD Cahaya Fikri Bontang. Kepala SD Cahaya Fikri Nina Risdiana mengatakan seperangkat aturan protokol kesehatan (prokes) harus disetejui lebih dulu tiap wali murid untuk mengikuti PTM.
Aturan prokes yang dimaksud Nina yaitu; wali murid harus mengisi angket pernyataan setuju dengan penerapan PTM. Baik itu surat pernyataan online ataupun ofline. “Untuk data fisiknya harus dilengkapi materai,” ucapnya, Selasa (14/9) pagi.
Selain surat pernyataan wali murid, Nina mewajibkan wali murid untuk mengisi lembar pemeriksaan kesehatan atau skrining dan juga membekali siswa dengan alat pelindung diri (APD) seperti masker, face shild, handsanitizer dan masker cadangan.
“Saat orangtua mengantarkan anak harus mengisi lembar skrining itu jadi kita tahu kondisi anak setiap hari itu seperti apa,” jelas Nina.
Bilang dia, penerapan skrining pun dilakukan pihak sekolah sebelum masuk ruang kelas. Seperti pemeriksaan suhu oleh satpam, memberikan sosialisasi kepada orangtua, pengaturan tempat duduk maupun meja yang sudah disesuaikan prokes.
Sejauh pantauan awak pranala.co di ruang kelas satu, sebanyak 10 siswa memadati bangku yang di susun berjarak. “10 sampai 15 siswa lah dalam satu ruangan,” imbuhnya.
Semua siswa yang mengikuti PTM mendapatkan hak sama. Kelas l, ll, dan lll dijadwalkan masuk sekolah pada Senin dan Selasa. Sedangkan kelas lV, V dan Vl mendapat giliran pada Rabu dan Kamis. Sementara, untuk hari Jumat, guru membuat video pembelajaran untuk pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Diketahui dari 345 siswa, 285 menyetujui mengikuti PTM, sedangkan 60 siswa lainnya memilih untuk mengikuti PJJ. Saat PTM berlangsung selama 3 jam tak ada jam istirahat. Kantin pun di tutup.
“Kalau untuk minum kita atur satu-satu gitu, begitupun ke Kamar mandi,” tuturnya. **
Penulis: Lutfi Rahamtunisa’
Discussion about this post