Pandemi Corona, Begini Nasib Proyek Kilang Balikpapan dan Bontang
PT PERTAMINA (Persero) memastikan sejumlah proyek kilang nasional masih terus berjalan di tengah hantaman pandemi virus corona. Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman bilang, proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR) sukses mencatatkan kinerja positif. Pertamina, juga siap mengebut pengerjaan proyek yang ada demi menjaga ketahanan energi nasional.
“Megaproyek RDMP dan GRR ini terus dikebut untuk mengejar ketahanan dan kemandirian energi nasional yang ditandai dengan stop impor BBM di tahun 2026,” jelas Fajriyah dalam keterangan resmi, Selasa (7/4).
Fajriyah menjelaskan, Kilang Balikpapan hingga triwulan 1-2020 progresnya mencapai 15,02% dan hingga akhir tahun ini ditargetkan mencapai 40%.
Sementara itu, Pertamina menargetkan hingga akhir tahun ini Proyek Kilang Balongan dan Cilacap masing-masing dapat mencapai 10%. Dalam rangka percepatan, Pertamina paralel telah melakukan sejumlah pekerjaan seperti pembangunan dermaga (jetty), site development, pembangunan workshop & warehouse, pembangunan kantor gedung laboratorium & HSSE serta sarana pendukung lainnya.
Pertamina juga telah menyelesaikan pengadaan peralatan utama yang membutuhkan waktu lama untuk memastikan proyek ini berjalan sesuai target. Adapun, saat ini peralatan utama tersebut sedang dalam proses pembuatan atau manufacturing.
Fajriyah menjelaskan, demi memastikan kelangsungan pembangunan kilang, pihaknya telah melaksanakan negosiasi dengan mitra bisnis dan investor yang diklaim terus berjalan dengan baik. Menurutnya, sejumlah MoU dan kesepakatan bisnis telah ditandatangani antara Pertamina dengan berbagai pihak, seperti ADNOC, Mubadala, Rosneft, K-Sure dan lain sebagainya.
“Termasuk negosiasi dengan Saudi Aramco juga masih terus berlanjut yang ditargetkan bisa selesai pada akhir April 2020,” terang Fajriyah.
Sekadar informasi, Proyek RDMP Balongan, terbagi menjadi 3 fase. Pembangunan RDMP Balongan Fase 1, saat ini masih pada tahap Dual FEED Competition (DFC) dengan dua konsorsium yakni Konsorsium RRE (PT Rekayasa Industri, PT Rekayasa Engineering dan PT Enviromate Technology International) dan konsorsium JSW di antaranya JGC Indonesia, PT Synergy Engineering, dan PT Wijaya Karya. proses ini ditargetkan selesai pada Mei 2020.
Untuk Fase 2, saat ini sedang dilakukan studi kelayakan serta memulai Revamp Studi Unit ARDHM. Sementara untuk RDMP Balongan Fase 3 (New Refinery and Petchem Complex Jabar), studi kelayakan akan dilakukan bersama partner dan sedang dalam penetapan lokasi serta pengadaan lahan.
Progres RDMP Balongan Fase 3, saat ini sedang proses pengadaan lahan serta partnership dimana Pertamina dan ADNOC telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk pengembangan Kompleks Kilang Terintegrasi Petrokimia di Balongan, Jawa Barat.
RDMP Plaju saat ini telah memasuki pengadaan Licensor BED, dan memulai Pekerjaan BED. Sementara RDMP Dumai dalam tahap dilakukan tender revisit Bankable Feasibility Study (BFS).
Sementara itu, GRR Tuban telah merampungkan proses pengadaan lahan dan sedang dalam proses pembayaran. Pertamina dan Rosneft bahkan telah menandatangani kontrak desain Kilang Tuban dengan kontraktor terpilih pada 28 Oktober 2019.
Saat ini telah dimulai pelaksanaan Basic Engineering Design (BED) dan Front End Engineering Design (FEED). Progres Land Clearing telah mencapai 90,08% serta progress restorasi mencapai 46,40%. Adapun progress General Engineering Design (GED) telah mencapai 6,22%.
“Dengan dukungan semua pihak, pembangunan kilang diharapkan berjalan lancar dan selesai sesuai waktu yang ditargetkan, sehingga kita bisa berdaulat secara energi,” jelas Fajriyah.
Kendati demikian, Pertamina belum buka-bukaan soal proyek Kilang Bontang. Pada medio Maret lalu, Pertamina tengah mengkaji rencana pemindahan lokasi proyek New Gras Root Refinery (NGRR) Bontang ke dua lokasi baru dengan pertimbangan pasar dan potensi penggantian mitra.
Adapun, dua lokasi baru yang diproyeksikan yakni daerah Arun, Aceh dan Kuala Tanjung, Sumatra Utara.
Pertamina sendiri memastikan proyek kilang tersebut tidak akan dilakukan bersama dengan Overseas Oil and Gas LLC (OOG) perusahaan migas asal Oman. (nz/ko)
Discussion about this post