pranala.co – Program pemerintah Kota Bontang Siaga melalui layanan Call Center 112 dievaluasi. Layanan telepon darurat gratis itu, masih kurang familiar di kalangan masyarakat Bontang.
Mulai Januari 2022 lalu, layanan call center 112 tersebut baru menerima sekira 300 panggilan. Parahnya, angka itu sudah termasuk panggilan ‘iseng’ alias ngerjain operator 112.
Saat dihubungi pranala.co, Kabid Penyelanggaraan e-Government Diskominfo Bontang Taufiqurrahman mengaku banyak sektor yang dievaluasi dari program tersebut.
Pertama, soal popularitas aplikasi di masyarakat. Dia bilang, banyak kejadian di Bontang yang memberi informasi langsung ke instansi terkait kala ada peristiwa.
Contohnya, seperti laporan penanganan ODGJ di Bontang Selatan beberapa waktu lalu. Idealnya, laporan masuk ke 112. Hanya saja tak jarang masyarakat justru menelpon langsung pihak Satpol PP Bontang atau Dissos-PM untuk penanganan.
Padahal dalam kerja-kerja penanganan, dia mengatakan harus menerjunkan petugas lintas sektor. Atau melibatkan dua hingga tiga instansi sekaligus.
“Kami memahami layanan ini belum familiar. Belum lagi kalo kejadian kebakaran. Pasti langsung ke damkar,” kata Taufiq, Jumat (25/11/2022).
Kedua, dia juga membeberkan ihwal kapasitas SDM yang masih perlu ditingkatan. Sebab baik OPD dan instansi vertikal terkait, masih kurang memahami sistem layanan. Sehingga operator dapat meneruskan informasi darurat ke instansi lain dengan tepat. Seperti Damkar, Rumah Sakit, PLN, PDAM hingga polisi.
“Jadi setiap instansi juga bakal kami ajak untuk memanfaatkan sosial media yang dikelola untuk mengkampanyekan 112. Tahun depan juga bakal ada bimtek bagi operator,” ujar dia.
Terakhir, soal update sistem layanan 112. Menurut dia, sistem yang tersedia saat ini masih dengan basis perangkat lawas. Sehingga masih membutuhkan pembaharuan oleh pihak pengembang sistem.
“Sistem terbaru ini bisa meng-cover informasi yang bertebaran di medsos. Jadi butuh pengembangan sistem juga,” ujar dia. (*)
Discussion about this post