PANDEMI Covid-19 ini telah membawa musibah sekaligus hikmah. Guru Generasi X (GGX) yang lahir antara 1964-1980 menjadi guru yang terdampak dengan adanya pandemi Covid-19 ini.
Generasi yang ditandai dengan ciri-ciri mempunyai budaya kerja, kaya pengalaman, menjadi teladan yang mampu beradaptasi dengan teknologi, fleksibel, dan mempunyai keseimbangan hidup.
GGX menjadi orang yang paling sibuk menyiapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi siswanya. Mengapa? Karena PJJ dapat berjalan dengan baik jika ada sarana teknologi.
Selama ini GGX hanya memanfaatkan gawai dengan fitur khas seperti whatsapp saja dalam komunikasinya. Sementara untuk media sosialnya biasanya akrab dengan FaceBook (FB). Ternyata WA dan FB belum cukup untuk menunjang PJJ.
Ramai-ramai sekolah mengadakan pelatihan PJJ. Guru-guru dilatih bagaimana menggunakan aplikasi milik Mbah Google, seperti Gmail, Google Meeting, Google Classroom,dan Google Formulir/Document. Selain itu juga aplikasi lainnya seperti Quizziz, Menti.com, dan Youtube.
Berbagai cerita lucu mewarnai perjalanan guru menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut. Ya, semuanya terasa serba mendadak, semua panik menghadapi PJJ dari rumah dengan perangkat teknologi sendiri.
Di rumah tidak ada teman dekat yang dapat dimintai tolong jika ada masalah dengan laptop kita, bagaimana agar formulir peserta didik dapat kita kembalikan, bagaimana jika lupa langkah-langkah menggunakan aplikasi quiziz, dan bagaimana lainnya.
Kendala di tengah perjalanan PJJ pasti ada, maka semua harus dapat diselesaikan sendiri. Tetapi itulah hebatnya GGX yang salah satu cirinya adalah mudah beradaptasi, maka dalam tempo sesingkat-singkatnya aplikasi-aplikasi berbasis internet pun dapat ditaklukkan.
Selain belajar hal baru, GGX juga pada akhirnya menyiapkan piranti PJJ. Penak-pernik teknologi audio visual seperti mikropon, ring lamp, head seat, dan bahkan gawai baru dibeli agar mampu menunjang PJJ. Gawai lama sudah tidak sanggup menampung grup peserta didik yang baru, grup orang tua, dan untuk mengumpulan tuga-tugas siswa.
GGX juga harus belajar aplikasi membuat video dan mengedit video. Ramai-ramai aplikasi pembuatan video yang gratis menjadi incaran GGX. Satu per satu dipelajari sehingga pada akhirnya mampu membuat media pembelajaran sendiri menggunakan video. Bahkan pada akhirnya ada GGX yang mendadak jadi Youtuber.
Jika selama GGX ini hanya jadi penonton dan mengunduh video You Tube sekarang justru mampu menjadi konten kreator atau yotuber. Wah, salut buat GGX yang mampu menaklukan PJJ. Pada akhirnya GGX tidak kalah tertinggal dengan Generasi Y dan Z. Selalu ada hikmah dibalik musibah. Semangat buat GGX.
[Artikel ditulis; Retno Utami, S.Pd. Guru SMP Yayasan Pupuk Kaltim, Bontang]
Discussion about this post