Tenggarong, PRANALA.CO – Hari itu matahari belum terlalu tinggi ketika suara gaduh terdengar dari Kantor Desa Karang Tunggal, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara (Kukar). Seorang teknisi muda—petugas Indihome—tiba-tiba tersungkur di atas atap bangunan.
Dia sedang menjalankan tugas. Membetulkan jaringan wifi, hal yang kini jadi nadi komunikasi zaman. Tapi sial tak dapat ditolak, nasib berkata lain. Lelaki itu tersengat listrik. Tak bergerak. Terjebak di ketinggian atap dengan tubuh separuh tak sadar.
Laporan dari warga masuk cepat ke markas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Disdamkarmat) Kutai Kartanegara. Di ujung telepon, suara panik meminta pertolongan.
Regu 3 dari Sektor Tenggarong Seberang pun meluncur. Tak sampai lama. Satu unit kendaraan Kajama, lengkap dengan peralatan penyelamatan, melaju di jalan-jalan kampung.
“Kami langsung berangkat begitu dapat kabar,” ujar Kepala Disdamkarmat Kukar, Fida Hurasani, Selasa (22/4/2025).
Di lokasi, petugas menemukan korban masih tergeletak di atas. Nafasnya berat. Matanya kosong. Tapi hidupnya belum habis. Sebatang nyawa sedang menggantung di ujung bahaya.
Petugas pun naik. Tangga panjang ditegakkan. Prosedur evakuasi dijalankan dengan penuh kehati-hatian. Angin sepoi tak membantu, malah membuat suasana tambah tegang. Tapi dengan sinergi dari banyak pihak—BPD Karang Tunggal, PLN, dan warga sekitar—evakuasi berjalan sukses.
“Korban langsung kami bawa ke rumah sakit. Tangannya luka, kepala pun memar.. Tapi dia sadar, dan itu yang paling penting,” ujar Fida, dengan nada syukur.
Pukul 11.34 WITA, regu kembali ke pos. Misi selesai. Tapi peringatan tertinggal: bekerja dekat listrik tak pernah boleh sembrono. Helm, sarung tangan, sepatu karet—standar keselamatan harus jadi ritual, bukan formalitas. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami










Comments 2