PRANALA.CO, Jakarta – Obat COVID-19 jenis Remdesivir dengan merek jual Covifor yang diproduksi PT Kalbe Farma Tbk siap beredar. Sebab, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberikan izin edar terhadap obat asal India tersebut.
“Iya betul sudah boleh beredar. PT Kalbe Farma bekerja sama pemasaran dengan importirnya, PT Amarox Pharma Global,” kata Kepala BPOM Penny Lukito saat dikonfirmasi, kemarin. PT Kalbe Farma akan meluncurkan Covitor pada hari ini.
Obat tersebut telah mendapatkan persetujuan emergency use authorization (EUA) dari BPOM dan akan segera dipasarkan di dalam negeri.
Namun, ada sejumlah persyaratan spesifik dalam penggunaan obat tersebut, di antaranya digunakan pada pasien covid-19 berusia 12 tahun ke atas, berat badan 40 kg ke atas, dan pasien bergejala berat yang sedang melakukan perawatan di rumah sakit.
Selain mengusahakan distribusi obat, perusahaan juga terus mengembangkan vaksin virus corona dengan menggandeng perusahaan bioteknologi asal Korea Selatan Genexine Inc. Namun, pada pertengahan Agustus, Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan hanya memproduksi vaksin corona dengan skala kecil.
Kalbe Farma menargetkan pada pertengahan tahun depan vaksin sudah bisa didistribusikan kepada masyarakat. “Bisa mulai kapasitas kecil 2-3 juta sampai 10 juta,” Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma Lukito Kurniawan Gozali melalui keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (30/9).
Terkait harga, Vidjongtius mengatakan hal tersebut masih sangat bervariasi tergantung dari perubahan kapasitas produksi dan nilai investasi. Namun ia berharap masyarakat tak perlu merogoh kocek dalam untuk mendapatkan vaksin. “Kami berharap harganya tidak melewati US$10 per dosis, tapi semua masih bisa berubah,“ katanya.
Secara terpisah, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, mengatakan sejauh ini pemerintah sudah cukup berhasil meningkatkan kapasitas testing (pemeriksaan) dan treatment (perawatan) pasien covid-19.
“Secara nasional angka testing tersebut memang belum mencapai target Badan Kesehatan Dunia WHO, tetapi sudah ada beberapa provinsi.yang melampaui target ini,” ujarnya di Kantor Presiden, Selasa (29/9).
Selain itu, lanjut Wiku, angka kesembuhan pasien covid-19 juga meningkat dari waktu ke waktu. Hal itu menunjukkan treatment yang dilakukan berkontribusi terhadap naiknya angka kesembuhan pasien covid-19.
Menurutnya, kendala terbesar ialah tracing sebab banyaknya resistensi dari masyarakat di lapangan akibat adanya stigma negatif terhadap penderita covid-19.
Lebih lanjut, Wiku menjelaskan 3T (testing, tracing, dan treatment) merupakan upaya yang tidak mudah dilakukan. Keberhasilannya membutuhkan sinergi dari masyarakat.
“Untuk itu kami mengimbau masyarakat untuk betul-betul memahami bahwa keterbukaan kita semuanya sangat penting bagi pemerintah dalam upaya pemerintah melakukan tracing,” katanya lagi.
Data Kementerian Kesehatan mencatat hingga kemarin siang terdapat penambahan pasien sembuh sebanyak 4.510 orang sehingga total menjadi 214.947, sedangkan penambahan kasus terkonfirmasi positif covid-19 sebanyak 4.284 orang sehingga totalnya menjadi 287.008.
Sementara itu, pasien sembuh menjadi 214.947 setelah ada penambahan sebanyak 4.510 orang, sedangkan untuk kasus meninggal menjadi 10.740 dengan penambahan 139. (*)
Discussion about this post