pranala.co – Sejumlah kawasan perairan di Kalimantan Timur (Kaltim) pada 23 hingga 24 Januari 2023 (Senin-Selasa) malam diprakirakan mengalami pasang tinggi antara 2,8 meter sampai 2,9 meter alias ancaman ombak tinggi.
Sehingga kewaspadaan dini harus ditingkatkan, terutama bagi warga di kawasan pesisir terhadap ancaman ombak tinggi.
“Secara umum dampak dari pasang laut tersebut dapat mengganggu aktivitas keseharian masyarakat di sekitar pelabuhan dan daerah pesisir,” ujar Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan Balikpapan Erika Mardiyanti diberitakan Antara, Senin (23/1/2023).
Aktivitas yang dapat terganggu antara lain bongkar muat di pelabuhan, aktivitas warga di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam hingga perikanan darat, sehingga pemilik tambak ikan di dekat pesisir diharap siaga.
Kawasan yang mengalami pasang tinggi tersebut antara lain Perairan Balikpapan pada 23 Januari 2023 setinggi 2,9 meter sekitar pukul 19.00 Wita, Perairan Muara Sungai Berau di Kabupaten Berau, pada 23 dan 24 Januari 2023 dengan ketinggian 2,8 meter sekitar pukul 21.00 dan 22.00 Wita.
Kemudian Perairan Pulau Nubi di Muara Sungai Mahakam, Kabupaten Kutai Kartanegara, diprakirakan terjadi pasang pada 24 Januari 2023 dengan ketinggian 2,8 meter sekitar pukul 19.00 dan 20.00 Wita.
Sedangkan untuk tinggi gelombang laut, ia mengatakan di Perairan Samarinda-Bontang, Perairan Balikpapan, Selat Makassar bagian tengah, Perairan Sulawesi Barat, Selat Makassar bagian utara dan Perairan Sulawesi Tengah, diprakirakan dengan kategori tenang di kisaran 0,5m meter.
Sedangkan untuk Perairan Kalimantan Utara dan Perairan Kota Baru, diprakirakan kategori rendah pada kisaran 0,5 meter sampai 1,25 meter, namun tetap perlu waspadai cuaca buruk yang dapat menyebabkan peningkatan tinggi gelombang di perairan tersebut.
Ia melanjutkan, untuk prospek cuaca Kaltim dalam seminggu ke depan, berdasarkan analisis yang pihaknya lakukan pada 22 Januari, terdapat aktivitas potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia bagian timur secara signifikan dipengaruhi oleh masih aktifnya Monsun Asia.
Adanya pola perlambatan kecepatan angin dan pengumpulan massa udara akibat dari pola Sirkulasi Siklonik di sekitar wilayah Kaltim, memicu terjadinya pertumbuhan sejumlah awan konvektif penghasil hujan dengan intensitas hujan harian ringan hingga lebat.
Pertumbuhan awan konvektif penghasil hujan ini juga didukung oleh penambahan massa uap air dari Selat Makassar, akibat anomali suhu permukaan laut di wilayah perairan tersebut, termasuk kondisi labilitas lokal massa udara yang bernilai kuat di wilayah Kaltim.
“Hal ini berakibat pada cuaca dalam seminggu ke depan didominasi kondisi cerah berawan, potensi hujan berintensitas ringan hingga lebat disertai angin kencang yang disertai kilat/petir di Kaltim, sehingga semua pihak harus tetap waspada,” ujar Erika. (*)
Discussion about this post