ANAK berusia 8 tahun di Kota Bontang meninggal dunia, hari ini, Jumat (24/4) pukul 02.20 Wita di RSUD Taman Husada Bontang. Sebelum wafat, diketahui usai rapid test Covid-19 dengan hasil positif.
Kabar ini pun dibenarkan Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni. Dia bilang, jenazah sudah dimakamkan pagi tadi, sekira pukul 07.00 Wita. Bahkan, dirinya juga sempat mengecek lokasi pemakaman khusus Covid-19 di Kelurahan Bontang Lestari.
“Iya benar. Tadi pagi dimakamkan sesuai protokol kesehatan, karena kan hasil rapidnya positif,” ujar Neni kepada Pranala.co, Jumat (24/4).
Lanjut Neni, pasien meninggal saat belum sempat melakukan pemeriksaan swab. Dia menuturkan pihaknya mendapat informasi bahwa orang tua pasien memiliki riwayat perjalanan dari daerah endemi, Jakarta.
“Tes swab belum sempat. Tapi, memang orangtuanya ada riwayat perjalanan ke Jakarta,” kata Neni.
Berdasar laporan RSUD Taman Husada Bontang, politisi Golkar ini menguraikan, penyebab meninggalnya anak itu, selain hasil rapid tes menunjukkan positif, pasien memiliki riwayat penyakit.
Seperti yang dikabarkan, pasien memiliki penyakit ginjal, jantung, paru, diabetes, dan lainnya. Ini kondisi yang memperparah dan rentan tertular infeksi Covid-19. Bahkan infeksi lain karena pengaruh sistem imun.
Neni pun membeberkan pasien sudah dimakamkan di pemakaman Bontang Lestari dengan protap penguburan jenazah Covid-19 serta menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap.
Saat pemakaman, petugas RSUD yakni driver dan pengurus jenazah diturunkan untuk memakamkan anak usia 8 tahun tersebut.
Dampak dari meninggalnya anak usia 8 tahun ini, membuat Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Taman Husada Bontang bakal ditutup selama 14 hari ke depan.
“Benar, IGD RSUD Bontang ditutup selama 14 hari kedepan, terhitung hari ini. Hal itu menyusul setelah adanya pasien rujukan dari rumah sakit swasta, yang dinyatakan positif saat rapid test,” beber Neni.
Tak hanya itu, dokter dan perawat atau petugas yang terlibat diisolasi di tempat khusus. “RSUD sudah penuh, mungkin kita carikan hotel, biar tim yang akan mengurusnya. Lagi dirapatkan,” pungkas Neni.
Sebelumnya beredar postingan dari Manajemen RSIB yang isinya menyebutkan klarifikasi. Isinya dugaan orangtua pasien meninggal ini telah berbohong kepada petugas medis. Orantuanya mengaku tak pernah keluar kota.
Namun, berdasar penelusuran rumah sakit, diketahui orangtuanya pernah berpergian ke daerah zona merah, Jakarta beberapa waktu lalu. Berikut flyer penjelasan RSIB.
“Sehubungan dengan beredarnnya informasi terkait pasien PDP Covid-19 dengan rapid test positif yang menyatakan bahwa RS Islam Bontang (RSIB) lalai ialah tidak benar.
Disampaikan bahwa pasien tersebut masuk pada tanggal 6 April 2020. Pihak RS Islam Bontang telah melakukan screening sesuai prosedur di lobby pintu masuk, poli rawat jalan dan rawat inap dnegan menanyakan riwayat perjalanan pasien atau orang tua pasien ke luar kota.
Namun informasi yang kami dapat dari orang tua pasien adalah tidak ada riwayat perjalanan ke luar kota. Sampai dengan pasien tersebut dirawat selama 18 hari, pada 23 April 2020. Dalam situasi pandemi ini, kejujuran menjadi satu acuan penting untuk dipahami bersama.
Demikian kami sampaikan, mohon bijaksana dalam menerima dan menyebarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber.” (*)
Discussion about this post