UNIVERSITAS MULIA (UM) Balikpapan bikin terobosan lagi. Rabu (31/7), mereka menggelar Balikpapan Water Forum (BWF) 2024. Acaranya berlangsung di Ballroom Cheng Ho, ruang pertemuan UM bergaya istana kekaisaran Tiongkok yang megah.
“Acara ini terinspirasi dari World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali bulan Mei lalu,” kata CEO BWF Dr Agung Sakti Pribadi, yang juga Direktur Eksekutif Yayasan Airlangga, yang membawahkan UM.
Tujuan utama BWF adalah memberi masukan kepada Pemkot dan PDAM Balikpapan dalam mengatasi kelangkaan air atau kecukupan air bersih. Maklum keluhan soal air bersih di kota ini sudah lama sampai mengeringkan kerongkongan warga dalam membicarakannya. Tak kalah peliknya dengan soal antre BBM dan kemacetan lalu lintas.
“Mudah-mudahan dari kampus Universitas Mulia ini, lahir masukan dan kucuran air bersih yang ‘mulia’ untuk kita semua,” kata seorang peserta berandai-andai. Tentu pula seraya berharap.
Agung sengaja mengundang sejumlah pembicara dan pakar, yang tahu persis tentang peta air di Balikpapan. Ada Ketua Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Kaltim Dr Fitriansyah, peneliti dari Indonesia Water Institute (IWI) Dwi Lintang Lestari, Gus Agung Guntoro dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimatan IV Samarinda, Yusuf Wibisono, MTI dari UM dan Ir Eko Wahyudi, M.Tech, Tenaga Ahli Perairan dan Sekretaris Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Kaltim.
Wali Kota Balikpapan Rahmad Mas’ud menunjuk Sekretaris Bappeda Tommy Alfianto memberi sambutan. Dia menyambut baik digelarnya BWF. Sayang Dirut PDAM Balikpapan Yudi Saharuddin tidak datang. Tak ada juga yang mewakili. Padahal Wali Kota Samarinda Dr Andi Harun didampingi Dirut PDAM Samarinda Nor Wahid Hasyim datang memberi tawaran menarik.
Untunglah masih ada dua anggota DPRD Baikpapan yang hadir, yaitu Parlindungan dari Fraksi NasDem dan Ali Munsyir Halim dari Fraksi Demokrat. “Ya masukan ini segera akan kami teruskan kepada Pemkot. Juga kepada anggota Dewan baru dan harus menjadi isu untuk calon wali kota 2024,” kata mereka.
Saya lihat ada camat dan lurah yang hadir. Juga ketua LPM dan sejumlah tokoh masyarakat. Dari akademisi dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi juga datang. “Ini memang kolaborasi kita untuk Balikpapan yang kita cintai,” kata Rektor UM Prof M Ahsin Rifa’i.
Ada juga hadir wakil dari PT Sinar Mas Wisesa, yang mengelola air untuk perumahan Balikpapan Baru (BB). WTP atau IPA yang dikelolanya belum cocok dengan rekomendasi dari BWS untuk mendapatkan kelanjutan izinnya.
Siapa pun tahu bahwa terjadi kelangkaan air bersih di kota penyangga IKN ini. Meski belakangan hujan sering turun, tetap saja ada warga tak kebagian air. PDAM Balikpapan selama ini memang belum mampu memenuhi kebutuhan semua warga kota. Sehingga di beberapa tempat ada istilah 3-3. Tiga hari air mengalir, 3 hari ngadat.
Kalau tak salah, data dari PUPR menyebutkan produksi air bersih PDAM Balikpapan baru mencukupi 75 persen dari jumlah penduduk. Tapi kalau dari hitungan BPKP kabarnya hany 48 persen. Jadi masih banyak yang belum terlayani. Apalagi tingkat kehilangan airnya mencapai 34 persen.
Persoalan utamanya kesulitan suplai air baku. Antara 500 sampai 1.000 liter per detik. Bahkan lebih. Salah satu suplai air yang ditunggu-tunggu adalah dari Waduk Sepaku Semoi sebanyak 500 liter per detik. Waduk yang memproduksi air 2.500 liter per detik itu, sebagian besar diolah menjadi air minum untuk kebutuhan IKN.
Tapi Presiden Jokowi sendiri sudah menyebut memang ada jatah untuk Balikpapan. Persoalannya siapa yang membiayai pemasangan pipa transmisinya yang konon membutuhkan dana Rp1,5 triliun. Menurut saya, seyogianya satu paket dengan proyek air IKN. Jadi pengiriman air ke Balikpapan juga didanai APBN. Seharusnya masuk dalam proyek strategis nasional (PSN).
Menurut guru besar ilmu perencanaan kota UGM, Prof Bakti Setiawan, pengelolaan air di IKN dengan daerah penyangganya, bagian penting dalam perencanaan IKN. Jadi manajemen airnya menjadi satu kesatuan, tidak bisa dipisahkan.
Mengutip Tribun Balikpapan, Yudi Saharuddin mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat ini akan bertemu dengan Sekretaris Otorita IKN. Tujuannya untuk memastikan dan membahas mekanisme pengiriman air dari Waduk Sepaku.
Dwi Lintang dari IWI menggambarkan banyak daerah berada dalam posisi “Kelangkaan dalam Kelimpahan.” Termasuk Balikpapan. Susah air, tapi kalau hujan malah berlimpah sampai terjadi genangan air dan banjir di mana-mana.
Karena itu dia mendorong daerah menerapkan Smart Water System. Di antaranya menerapkan sistem pemanenan air hujan dan daur ulang grey water untuk kegiatan nonkonsumsi.
Kebetulan Balikpapan sudah ada Perwali Pemanenan Air Hujan. Diterbitkan pada masa saya menjadi wali kota. Malah SMPN 22 di tahun 2019 sudah ditetapkan sebagai pilot project menandai dimulakannya Gerakan Pemanenan Air Hujan. Sayang gerakan ini tidak konsisten.
Padahal di sejumlah negara maju air hujan benar-benar dimanfaatkan sebagai air bersih. Tidak ada salahnya gerakan ini kembali dimobilisir. Pemkot bisa membantu membangun kantong atau bak-bak air.
Dwi juga mendorong daerah menerapkan konsep infrastruktur berkelanjutan. Menerapkan konsep green rooftop, groundwater tank, membangun ruang terbuka hijau dan membangun embung dan kolam retensi.
Eko Wahyudi membuka pandangan baru. Sejumlah bendali di Balikpapan, yang selama ini hanya digunakan untuk mengatur pengendalian air, ternyata dalam situasi tertentu bisa dimanfaatkan untuk sumber air baku. “Tinggal sistem operasinya yang diatur,” katanya.
Bendali yang airnya dimanfaatkan untuk kebutuhan warga sebenarnya sudah ada. Yaitu bendali yang berada di kompleks perumahan Balikpapan Regency. Masih ada bendali lain yang kapasitas tampungnya lebih besar.
Kepala BRIDA Kaltim Fitriansyah menyinggung Bendungan Lambakan di Kecamatan Long Kali, Kabupaten Paser dan Desalinasi Air Laut untuk pengadaan air baku pada masa mendatang.
Bendungan Lambakan itu sudah 24 tahun dirintis. Tapi sampai sekarang belum juga berhasil direalisir. Padahal potensinya sangat besar. Volumenya 614 juta meter kubik. Bisa menghasilkan air baku 12 meter kubik per detik dan irigasi (21 ribu hektare) 25 meter kubik per detik.
Berkaitan dengan desalinasi air laut, menurut Fitriansyah, memang sudah dilaksanakan di berbagai negara. Teknologinya bisa dengan destilasi, bisa juga dengan sistem reverse ormosis (RO). Pandangan yang sama juga diungkapkan oleh dosen UM, Yusuf Wibisono.
TAWARKAN AIR CURAH
Kehadiran Wali Kota Samarinda Dr Andi Harun benar-benar menghidupkan acara BWF. “Beliau kita undang karena Pak Andi Harun satu-satunya wali kota dari Kaltim yang diundang bicara di WWF Bali,” kata Dr Agung Sakti.
Ada dua hal penting yang dikemukakan Andi Harun berkaitan dengan tata kelola air. Yang pertama, dia bilang jangan ada intervensi ke PDAM. Itu dia terapkan di Samarinda secara konsisten. Dia hanya memasang target. Selebihnya tidak cawe-cawe. “Alhamdulillah hanya 2 tahun, Perumda Tirta Kencana (PTK) yang mengelola PDAM Samarinda sudah meraup laba,” jelasnya.
Kedua, dia menawarkan kepada Perumda Tirta Manuntung Balikpapan (PTMB) yang mengelola PDAM membeli air curah dari Samarinda. “Saya kira ini solusi jangka pendek yang sangat memungkinkan untuk memecahkan masalah kelangkaan air di Balikpapan,” jelasnya.
Secara detail dan teknis, Andi Harun memaparkan tawarannya itu. Pihaknya akan membangun intake dan instalasi pengolahan air (IPA) baru di kawasan Harapan Baru atau Palaran. Air bakunya dari Sungai Mahakam. Setelah diolah, air dialirkan melalui pipa transmisi langsung ke Balikpapan.
Jika Balikpapan menyetujui tawaran ini, maka PDAM Samarinda segera bergerak. Diperkirakan pembangunan konstruksinya paling lama memakan waktu 8 bulan. Pada saat yang sama juga langsung dilakukan pembangunan pipa transmisinya.
Menurut Andi Harun, investasi untuk proyek ini diperkirakan mencapai 700 miliar sampai satu triliun rupiah. Itu lebih banyak dibebankan kepada mereka. Balikpapan tinggal beli airnya. Harganya juga masih dalam batas yang wajar. “Jadi PDAM masih tetap bisa untung dengan harga jual ke masyarakat tetap bisa terjangkau,” jelasnya.
Tanpa mengesampingkan berbagai solusi yang ditawarkan kepada PDAM Balikpapan, sekali lagi Andi Harun menegaskan bahwa tawaran mereka untuk membeli air curah dari Samarinda adalah solusi jangka pendek yang tepat. Jauh lebih cepat dibanding program desalinasi atau penyulingan air laut.
Andi Harun benar-benar serius dengan gagasannya itu. Meski acara resmi BWF selesai pukul 16.00, dia masih bersedia meluangkan waktu berdiskusi di teras Ballroom Cheng Ho. Saya bilang meski Pak Andi Harun tak jadi mengikuti Pilgub Kaltim Kaltim, rasanya dia layak dinobatkan menjadi “Gubernur Air.” (*)
*) Ikuti berita terbaru PRANALA.co di Google News ketuk link ini dan jangan lupa difollow
Discussion about this post