PRANALA.CO, Jakarta – Kementerian Kebudayaan Indonesia resmi mengajukan tempe ke dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan UNESCO. Selain tempe, teater mak yong dan jaranan juga turut diajukan sebagai bagian dari warisan budaya takbenda Indonesia yang perlu mendapat pengakuan internasional.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menegaskan bahwa tempe bukan sekadar makanan sehari-hari bagi masyarakat Indonesia, tetapi juga mencerminkan pengetahuan, budaya, serta teknologi pangan tradisional yang terus berkembang.
“Tempe telah menjadi bagian dari identitas budaya bangsa. Tidak hanya bernilai gizi tinggi, tempe juga merupakan produk kearifan lokal yang diwariskan turun-temurun,” ujar Fadli Zon dalam keterangan resminya, Minggu (30/3/2025).
Jejak Tempe dalam Sejarah dan Budaya Jawa
Sejarah panjang tempe telah tercatat dalam Serat Centhini, naskah sastra Jawa abad ke-19 yang menggambarkan kehidupan masyarakat Jawa abad ke-16.
Peneliti Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada, Murdijati Gardjito, menegaskan bahwa tempe merupakan warisan asli nenek moyang Indonesia, bukan hasil akulturasi dari budaya luar.
“Meskipun ada makanan fermentasi kedelai dari China, proses pembuatan tempe jauh lebih singkat dan memiliki karakteristik yang berbeda,” kata Murdijati.
Menurutnya, dalam Serat Centhini, tempe tidak hanya dikonsumsi sehari-hari tetapi juga disajikan dalam berbagai hajatan, termasuk pernikahan. Salah satu contoh yang disebutkan dalam naskah tersebut adalah suguhan tempe dalam pernikahan tokoh Amongraga dan Tambangraras.
Dari Stigma Kemiskinan jadi Superfood
Dahulu, tempe sempat dikonotasikan sebagai makanan kelas bawah. Namun, stigma tersebut kini perlahan berubah. Tempe telah dikenal sebagai makanan bernutrisi tinggi yang dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat, baik di dalam maupun luar negeri.
Amadeus Driando Ahnan-Winarno, pelopor gerakan “Tempe Movement” dan peneliti di bidang teknologi pangan, menekankan bahwa tempe layak disebut sebagai “superfood”.
“Secara ilmiah, tempe memiliki kandungan protein dan kalsium yang setara atau bahkan lebih tinggi dibandingkan daging sapi. Selain itu, kadar lemak jenuh dan garamnya lebih rendah, menjadikannya pilihan sehat bagi semua orang,” ungkap Driando.
Dengan harga yang jauh lebih terjangkau dibandingkan daging, tempe menjadi sumber protein yang mudah diakses oleh masyarakat luas. Pengajuan tempe sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO diharapkan dapat semakin memperkuat posisinya sebagai ikon kuliner Indonesia yang diakui dunia. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post