pranala.co – Insiden tragis menimpa pelajar SMK bernama Vierly Zikriya (19) di Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim). Vierly tertimpa tiang bendera sekolah hingga tengkorak kepalanya pecah dan tak sadarkan diri.
Peristiwa tragis itu dialami korban pada Kamis (3/2). Korban awalnya membantu perbaikan tiang bendera bersama guru dan beberapa rekan-rekannya di halaman sekolah. Insiden nahas yang dialami korban turut terekam kamera salah satu siswi.
Terlihat korban bersama rekan-rekannya yang sedang memegang dan menjaga tiang tetap berdiri tegak. Namun nahas, kepala Vierly malah tertimpa patahan tiang bendera bagian atas.
“Kondisi tak sadarkan diri, saat kejadian kepalanya penuh luka dan langsung dibawa ke rumah sakit,” ucap Meliati, keluarga korban saat dimintai konfirmasi, Sabtu (26/2/2022).
Meski jadi korban, Vierly dikabarkan tak mendapat perawatan maksimal. Alasannya karena korban sempat dipulangkan pihak rumah sakit (RS) hingga pihak sekolah yang dianggap tak sepenuh hati membantu biaya perawatan korban.
Sorotan bermula saat Vierly yang belum sadarkan diri tiba-tiba dipulangkan pihak RS. Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRCPPA) Kaltim lantas kesal dengan keputusan RS tersebut.
“Saya kaget waktu dikasih tahu jika rumah sakit bolehkan korban pulang ke rumah, padahal kondisinya belum sadar,” kata Koordinator Advocasi TRCPPA Kaltim Sudirman, Sabtu (26/2/2022).
“Kami perlu tahu, pihak rumah sakit (harus) mengeluarkan statemen itu dasarnya bagaimana,” cetusnya.
Sementara itu, pihak sekolah juga tak luput dari sorotan karena dinilai terkesan tak ambil pusing dengan kondisi korban. Pihak sekolah dianggap ogah-ogahan membantu perawatan korban.
“Begitu juga dengan pihak sekolah. Masa nggak ngotot waktu anak ini dibilang membaik, faktanya tidak,” sesal Sudirman.
Sudirman mengaku sempat melaporkan pihak sekolah ke Dinas Pendidikan Kaltim pada 3 pekan lalu. Dia berharap pihak sekolah segera ditindak karena dinilai kurang bertanggung jawab kepada korban.
“Memang dari pihak sekolah ada membantu, seperti uang makan keluarga korban yang jaga di rumah sakit, uang pembeli pampers untuk korban. Tapi yang buat kesal, itu ada kalau diminta dulu. Kalau nggak diminta ya nggak ada tuh,” kata Sudirman.
Sementara itu, keluarga korban Meliati mengaku pihak sekolah sejak awal tak ada itikad baik. Pasalnya pihak sekolah tak menyampaikan kecelakaan itu ke pihak keluarga.
Kekesalan keluarga korban berlanjut karena pihak sekolah juga diduga menelantarkan korban.
“Proses perawatan keponakan ini malah terkesan dibiarkan. Kalau kami tidak minta, mereka mana pernah hubungi kami,” kata Meliati.
Pihak Sekolah Buka Suara
Setelah disorot selama 3 hari, pihak sekolah akhirnya menyepakati kehendak keluarga untuk membawa Vierly kembali ke rumah sakit untuk dirawat. Pihak sekolah melalui Humasnya bernama Husein menyampaikan dari awal kejadian pihaknya terus mengupayakan proses penyembuhan korban.
“Kita tetap tanggung jawab, semua biaya tetap diupayakan oleh sekolah,” kata Husein.
Pihak sekolah juga menegaskan bakal terus menggelontorkan biaya pengobatan korban. Sampai dengan hari ini. Soal perintah Kadis Pendidikan, pihaknya juga sudah mendapat mandat langsung dari kepala sekolah untuk betul-betul (memperhatikan korban). [dk]
Discussion about this post