SOBAT. Hati yang tunduk pada nafsu seperti orang yang bergantung kepada orang yang tenggelam, sehingga keduanya sama-sama tenggelam. Amal kebaikan akan melahirkan cahaya dalam hati, kekuatan pada tubuh, sinar pada wajah, kelapangan rezeki, serta kecintaan di hati makhluk.
Sebaliknya, amal keburukan melahirkan kegelapan dalam hati, kelam pada wajah, kelemahan badan, merasa kekuarangan dalam urusan rezeki, serta kebencian di hati makhluk. Maksiat dan dosa akan mengotori dan menghitamkan hati. Sebaliknya mengingkari maksiat dan bertaubat dari-Nya akan membersihkan dan memutihkan hati. Hati seperti itulah yang dipenuhi keimanan, kecintaan kepada Allah, dan rasa takut kepada-Nya.
أَفَلَمۡ يَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَتَكُونَ لَهُمۡ قُلُوبٞ يَعۡقِلُونَ بِهَآ أَوۡ ءَاذَانٞ يَسۡمَعُونَ بِهَاۖ فَإِنَّهَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَٰرُ وَلَٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِي فِي ٱلصُّدُورِ
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” ( QS. Al-Hajj (22) : 46 )
Sobat. Orang-orang musyrik Mekah yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan mengingkari seruan Nabi Muhammad SAW sebenarnya mereka sering melakukan perjalanan antara Mekah dan Syiria, serta ke negeri-negeri yang berada di sekitar Jazirah Arab.
Mereka membawa barang dagangan dalam perjalanan melihat bekas-bekas reruntuhan negeri umat-umat yang dahulu telah dihancurkan Allah. Seperti bekas-bekas negeri kaum ‘Ad dan kaum samud, bekas reruntuhan negeri kaum Lut dan kaum Syu’aib dan sebagainya.
Orang-orang musyrik Mekah telah pula mendengar kisah tragis kaum yang durhaka itu. Apakah semua peristiwa dan kejadian itu tidak mereka pikirkan dan renungkan bahwa tindakan mereka mengingkari seruan Muhammad dan menyiksa para sahabat itu sama dengan tindakan-tindakan umat-umat dahulu terhadap para rasul yang diutus kepada mereka?
Jika tindakan itu sama, tentu akibatnya akan sama pula, yaitu mereka akan memperoleh malapetaka dan azab yang keras dari Allah. Allah Mahakuasa melakukan segala yang dikehendaki-Nya, tidak seorang pun yang sanggup menghalanginya.
Melihat sikap orang-orang musyrik Mekah yang demikian, ternyata mata mereka tidaklah buta, karena mereka dapat melihat bekas-bekas reruntuhan negeri kaum yang durhaka itu, tetapi sebenarnya hati merekalah yang telah buta, telah tertutup untuk menerima kebenaran.
Yang menutup hati mereka itu ialah pengaruh adat kebiasaan dan kepercayaan mereka dari nenek moyang mereka dahulu. Oleh karena itu mereka merasa dengki kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya, sehingga mereka tidak dapat lagi memikirkan dan merenungkan segala macam peristiwa duka yang telah terjadi dan menimpa umat-umat terdahulu.
Sobat. Hati yang rusak adalah hati yang dipenuhi sifat munafik, amarah, kesat, lalai dan dengki. Semua penyakit hati itu disebabkan oleh rasa cinta kepada dunia. Sementara hati yang bagus adalah yang dipenuhi iman, cemas, tenang, takwa dan kasih sayang, rahmat, lapang, dan takut kepada Allah. Rusak dan bagusnya hati kita bersesuaian dengan kadar keimanan kita. Demikian penjelasan Ibnu Athaillah dalam kitabnya Al-Hikam.
Salah satu ciri hati yang sehat adalah hati yang tunduk adalah yang selalu berdzikir kepada Allah. Sebagaimana dalam firman-Nya :
۞أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُهُمۡ لِذِكۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡهِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُهُمۡۖ وَكَثِيرٞ مِّنۡهُمۡ فَٰسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.” ( QS. Al-Hadid (57) : 16)
Pada ayat ini Allah menegur dan memperingatkan orang-orang mukmin tentang keadaan mereka yang berlalai-lalai. Belum datangkah waktunya bagi orang-orang Mukmin untuk mempunyai hati yang lembut, senantiasa mengingat Allah, suka mendengar dan memahami ajaran-ajaran agama mereka, taat dan patuh mengikuti petunjuk-petunjuk kebenaran yang telah diturunkan, yang terbentang di dalam Al-Qur’an.
Selanjutnya orang-orang Mukmin diperingatkan agar jangan sekali-kali meniru-niru orang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah diberikan Kitab Taurat dan Injil. Sekalipun telah lama dan memakan waktu agak panjang, mereka belum juga mengikuti dan memahami ajaran mereka dan nabi-nabi mereka.
Sehingga hati mereka menjadi keras dan susah membantu, tidak lagi dapat menerima nasihat, tidak membekas pada diri mereka ancaman-ancaman yang ditujukan kepada mereka. Mereka mengubah Kitab yang ada di tangan mereka dan ajaran-ajaran Kitab mereka dilempar jauh-jauh.
Pendeta dan pastur mereka jadikan tuhan selain Allah, membikin agama tanpa alasan. Kebanyakan mereka menjadi fasik, meninggalkan ajaran-ajaran mereka yang asli. Sejalan dengan ayat ini firman Allah:
“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, maka Kami melaknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian pesan yang telah diperingatkan kepada mereka. Engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sekelompok kecil di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (al-Ma’idah/5: 13).
Sobat. Hati yang sehat itu adalah hati yang tenang, yaitu tidak ragu dan tidak goyah. Ia senantiasa mengembalikan semua urusan kepada Allah. Hati yang sehat adalah hati yang bertakwa, yaitu menyadari pengawasan Allah dalam setiap urusan dan mengagungkan semua syiar-Nya.
ذَٰلِكَۖ وَمَن يُعَظِّمۡ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ
“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” ( QS. Al-Hajj (22) : 32 )
Siapa yang menghormati syi`ar-syi`ar Allah, memilih binatang kurban yang baik, gemuk dan besar, maka sesungguhnya yang demikian adalah perbuatan orang yang benar-benar takwa kepada Allah dan perbuatan yang berasal dari hati sanubari orang yang mengikhlaskan ketaatannya kepada Allah.
Dalam hadis diterangkan binatang yang biasa disembelih para sahabat. Dari Abu Umamah bin Sahal, “Kami menggemukan hewan kurban di Medinah, dan kaum Muslimin mengemukkannya pula.” (Riwayat al-Bukhari)
Dan hadis Nabi Muhammad saw:
Dari al-Bara, ia berkata telah bersabda Rasulullah saw, “Empat macam yang tidak boleh ada pada binatang kurban, yaitu yang buta matanya sebelah, yang jelas kebutaannya, yang sakit dan jelas sakitnya, yang pincang dan jelas pincangnya dan yang patah kakinya, dan yang tidak dapat membersihkan diri (yang parah).”(Riwayat al-Bukhari dan Ahmad).
Hati yang sehat adalah hati yang suci, yaitu hati yang bersih dari segala keburukan dan noda syahwat. Bahkan hawa nafsunya mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW dari Allah SWT. Hati yang sehat adalah hati yang kembali, yaitu kembali kepada Tuhan seraya menyadari kelalaiannya sekaligus bertaubat darinya.
Allah SWT berfirman :
هَٰذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ حَفِيظٖ مَّنۡ خَشِيَ ٱلرَّحۡمَٰنَ بِٱلۡغَيۡبِ وَجَآءَ بِقَلۡبٖ مُّنِيبٍ
“Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat,” ( QS. Qaf (50) : 32-33 )
Ayat ini menerangkan ketika orang-orang bertakwa berada di depan surga, malaikat berkata kepada mereka: bahwa yang di depan mereka adalah kenikmatan yang telah dijanjikan oleh Tuhan kepada mereka dengan perantaraan para rasul-Nya dan tertulis dalam kitab-kitab-Nya yaitu kepada setiap hamba Allah yang selalu kembali dengan bertobat kepada Allah. Mereka selalu memohon ampun dari dosa-dosanya dan mereka selalu berusaha untuk memelihara semua peraturan-peraturan-Nya.
Mereka takut kepada Allah Yang Maha Pemurah, sedangkan Dia tidak kelihatan oleh mereka, dan mereka menghadap kehadirat Allah dengan hati yang bertobat dan tunduk kepada-Nya. Sobat. Waspadalah terhadap hati yang mati ,
“ Di antara tanda-tanda hati yang mati adalah tidak ada kesedihan atas ketaatan yang terlewatkan dan tidak adanya penyesalan atas adanya kesalahan-kesalahan yang dilakukan.” Kata Ibnu Athaillah.
Adapun ciri hati yang mati : Tanda orang yang hatinya mati sering meremehkan urusan sholat. Bahkan berani meninggalkannya tanpa ada rasa penyesalan. Padahal sholat adalah kewajiban dan pembeda seorang muslim dan orang kafir.
Dalam satu Hadis disebutkan: “Barang siapa yang memelihara sholat, maka sholat akan menjadi cahaya baginya, bukti dan keselamatan kelak di hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak memeliharanya, sholat itu tidak akan menjadi cahaya, bukti maupun keselamatan baginya sedangkan di hari kiamat ia akan dikumpulkan bersama Fir’aun, Qarun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.
Adapun ciri-ciri hati yang mati lainnya ; merasa tenang walaupun setiap hari melakukan dosa dan maksiat. Jauh dari Al-Quran, condong kepada urusan dunia, suka berprasangka buruk dan mencari kesalahan orang lain, enggan belajar agama dan tidak suka nasehat. Tidak mau memikirkan mati dan azab kubur. (*)
Discussion about this post