PRANALA.CO – Abah Guru Sekumpul memiliki nama asli Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari. Julukan Guru Sekumpul tersemat padanya lantaran tempatnya mengajar dan berdakwah berada di daerah Sekumpul, Martapura.
KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari adalah anak dari pasangan Abdul Ghani bin H. Abdul Manaf bin Muhammad Seman dan Hj. Masliah binti H. Mulya bin Muhyiddin yang lahir di desa Tunggul Irang Seberang pada 11 Februari 1942.
Ia merupakan keturunan kedelapan dari ulama kenamaan Banjar, yakni Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.
Ulama kharismatik asal Banjar, Kalimantan Selatan ini menjadi ulama satu-satunya di Indonesia yang mendapatkan izin untuk memberikan ijazah tarekat Sammaniyah. Karena keistimewaannya itu, banyak orang dari berbagai penjuru daerah di Indonesia berguru dan mengambil bai’at tarekat tersebut padanya.
Selain itu, Abah Guru Sekumpul juga terkenal sebagai orang yang memiliki sifat mulia, seperti rendah hati, penyayang terhadap sesama, dan penyabar.
Riwayat pendidikan Abah Guru Sekumpul
Lahir di tengah keluarga yang agamis, sejak kecil Abah Guru Sekumpul sudah dibekali ilmu agama oleh kedua orang tuanya. Mereka mengajarinya ilmu tauhid, keterampilan membaca Al-Quran, dan budi pekerti, serta rasa cinta kasih dan penghormatan terhadap ulama.
Kiai yang memiliki nama kecil Qusyairi ini memulai pendidikan formalnya di Madrasah Darussalam, Martapura. Selanjutnya, ia melanjutkan pendidikan menengah pertamanya di Madrasah Tsanawiyah Darussalam di kota yang sama.
Bersamaan dengan menempuh pendidikan formal, Abah Guru Sekumpul juga menimba ilmu pada beberapa guru yang memiliki spesifikasi keilmuan tertentu, misalnya Al-Alim Al-Fadhil Sya’rani Arif.
Pamannya yang bernama Guru Seman juga turut andil dalam mendidiknya. Bahkan, melalui Guru Seman, Abah Guru Sekumpul diajak berkelana mendatangi tokoh-tokoh terkenal yang memiliki keahlian khusus, baik di Kalimantan maupun di Jawa.
Guru Sekumpul memulai dakwahnya di usia yang masih belia di Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Ia juga membuka pengajian di Keraton Martapura untuk menunjang pelajaran para santri, terutama untuk pelajaran Nahwu dan Saraf.
Seiring berjalannya waktu, pengajian yang dipimpin oleh Guru Sekumpul mulai merambah ke kalangan masyarakat umum. Hal ini mengakibatkan variasi kitab yang dikaji menjadi lebih beragam, mencakup ilmu Fikih, Tasawuf, Tafsir, dan Hadis.
Selain itu, ia juga menyebarkan Maulid al-Habsyi atau Simthud Durar karya Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi dan mengajarkan bacaan wirid, terutama zikir tarekat Sammaniyah kepada jemaah.
Karena jumlah jamaahnya yang semakin banyak, pada tahun 1990-an, Abah Guru Sekumpul memutuskan untuk pindah ke kompleks Ar-Raudhah yang terletak di Kelurahan Jawa, Martapura. Di tempat yang lebih luas inilah kegiatan pengajian Guru Sekumpul mulai berkembang dan berpusat di Musholla Ar-Raudah yang mampu menampung ribuan jamaah.
Sejak saat itu, murid-murid dan tamunya datang dari berbagai daerah, bahkan dari negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam datang untuk menghadiri pengajian tersebut.
Karya-karya Abah Guru Sekumpul
Selain selalu dikenang karena perangai baik dan keilmuannya, tokoh ulama asal Kalimantan Selatan ini juga tetap abadi karena karya-karya yang ditulisnya. Ia menulis beberapa kitab yang masih dipelajari hingga sekarang.
Mengutip dari Kompas.com, berikut beberapa karya tulis KH. Muhammad Zaini Abdul Ghani:
– Ar-Risalatu Nuraniyah fi Syarhid Tawassulatis Sammaniyah
– Risalah Mubarakah
– Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muhammad bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Hasan As-Samman Al-Madani
– Nubzatunfi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustazil ‘Azam Muhammad bin Ali Ba’lawy
Haul Akbar yang Dipadati Pengunjung
Abah Guru Sekumpul menghembuskan napas terakhirnya pada 10 Agustus 2005. Ia meninggal dunia di kediamannya karena komplikasi penyakit gagal ginjal, setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura selama 10 hari karena penyakit yang dideritanya.
Setiap tahunnya, masyarakat Martapura memperingati haul akbar Abah Guru Sekumpul. Mereka berbondong-bondong mempersiapkan acara tersebut sejak sebulan sebelum acara dimulai. Tak tanggung-tanggung, jumlah pengunjung yang hadir di acara tersebut bisa mencapai 2 juta orang yang mayoritas datang dari Kalimantan dan Jawa.
Rangkaian acara haul Abah Guru Sekumpul dimulai dari pengajian untuk masyarakat umum. Selang beberapa hari kemudian diadakan pengajian untuk undangan khusus. Terakhir, dilaksanakan pula acara haul tambahan yang biasanya diadakan di Musholla Ar-Raudah Sekumpul. (*)
Discussion about this post