DI hari primata sedunia yang jatuh pada 1 September 2021, banyak kisah pilu yang dialami oleh Orang Utan. Orang Utan di Kalimantan misalnya, mereka ada yang dijadikan budak nafsu oleh segelintir orang dan bahkan ada yang didandani layaknya wanita.
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), dari lebih dari 500 spesies primata, diperkirakan 60 persen terancam punah di seluruh dunia.
“Kita harus bertindak sekarang , kita tidak punya banyak waktu lagi untuk menyelamatkan populasi ini,” kata Borneo Orang utan Survival (BOS) , dikutip dari laman resminya Bos-schweiz.ch, Selasa (7/9).
BOS Foundation merupakan yayasan Borneo Orang utan Survival yang didirkan pada 2004, dan sejak saat itu mereka telah berkomitmen untuk melindungi orangutan Kalimantan terakhir dan melestarikan habitatnya. Semua spesies kera besar, termasuk ketiga spesies orang utan , terancam punah atau bahkan terancam akan punah.
“BOS bekerja tanpa lelah untuk menyelamatkan orang utan Kalimantan yang terakhir,” tegasnya dalam laman tersebut.
Ini sering dalam kondisi mengerikan setelah secara brutal diusir dari hutan hujan, dipelihara sebagai hewan peliharaan, atau dieksploitasi untuk hiburan.
Sebuah postingan di akun Instagram Aaron Gekoski (@)aron_gekoski, merupakan seorang jurnalis lingkungan, mengunggah sejumlah foto Orang Utan yang didandani layaknya wanita. Orang Utan tersebut tampak menggunakan pakaian atas wanita dan baju pantai wanita.
https://www.instagram.com/p/CSwXhMlJB5I/
“Orangutan kehilangan rumah mereka karena penggundulan hutan, dibantai oleh pekerja perkebunan, dipelihara sebagai hewan peliharaan eksotis,
diperdagangkan secara ilegal melintasi perbatasan internasional untuk industri Wisata Margasatwa…dan bahkan dicukur dan digunakan sebagai budak seks/pelacur,” tulis Aaron.
Kisah pilu Orang Utan di Kalimantan dijadikan budak nafsu oleh sejumlah oknum bejat benar ada ceritanya. Belum lagi para oknum yang kerap menyelundupkan orang utan untuk di ekspor ke luar negeri.
Orang utan dipaksa jadi pekerja, bahkan mereka didandani seperti manusia. Beberapa kasus juga orangutan dijadikan budak seks oleh warga Indonesia sendiri.
Dilansir dari akun instagram @indoflashlight, media sosial yang memberikan edukasi flora dan fauna membenarkan kisah orang utan di Kalimantan dijadikan budak nafsu.
“Namanya orangutan “Pony”, sebelum diselamatkan ia dirantai dan digunakan sebagai pelacur di sebuah rumah bordil di Kareng Pangi, Kalimantan Tengah,” tulis akun tersebut, Senin (6/9).
Akun itu mengatakan, Pony dicukur setiap hari dan berulang kali diperkosa oleh para pria yang mengunjungi di rumah bordil. Orang utan itu juga mengenakan perhiasan, parfum dan belajar untuk berputar ketika “klien” mendekat.
Sekarang, di tangan para penyelamatnya, Pony masih mengalami trauma hebat. Setiap kali ibu mucikarinya berkunjung, orangutan itu berteriak dan buang air besar secara tiba-tiba.
https://www.instagram.com/p/CTZQbevhRKE/
Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 2003 lalu, di mana publik Indonesia digegerkan dengan pemberitaan seekor orang utan bernama Pony yang dipaksa menjadi pelampiasan nafsu oknum bejat.
Dirangkum dari laman orangutan.or.id, penemuan Pony berawal dari penggerebekan oleh Konservasi Sumber Daya Alam dan Konservasi Kalimantan Tengah (BKSDA), di sebuah rumah pelacuran di desa Kareng Pangi, Kalimantan Tengah.
BKSD mendapat bantuan dari Yayasan BOS dan pasukan keamanan setempat. Ketika itu Pony berumur 6 tahun. Ia diperlakukan oleh pemilik sebagai pelacur. Pria bisa membayar sejumlah uang kepada pemilik rumah untuk berhubungan seks dengannya.
Tidak ada yang tahu berapa lama Pony ada di sana. Pemilik rumah sempat menolak untuk menyerahkan Pony. Baginya, Pony adalah mesin uang dan sumber keberuntungan. Pemilik rumah telah mencukur semua rambutnya dan tubuhnya dipenuhi oleh gigitan nyamuk.
Pony tidak bisa berhenti menggaruk gigitan dan kulitnya telah terinfeksi. Saat ingin mengevakuasi Pony, Tim BKSDA mendapat perlawanan dari penduduk setempat dipersenjatai dengan parang. Proses penyelamatan Pony tidaklah mudah.
Yayasan BOS dan BKSDA bersama dengan polisi dan pasukan militer, butuh satu tahun lamanya untuk membujuk pemilik rumah suapay rela memberikan Pony kepada Yayasan BOS. Pada 13 Februari 2003 Pony mendapatkan rumah barunya di Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo, Nyaru Menteng.
Di Nyaru Menteng, Pony menerima perawatan yang sangat dibutuhkan yang dia butuhkan setelah mengalami cobaan yang mengerikan, dan mulai menjalani proses rehabilitasi.
Hidup begitu lama dengan manusia serta diperlakukan begitu mengerikan saat di penangkaran, tidak mudah bagi Pony untuk belajar hidup sebagai orangutan liar.
Pony telah melalui proses rehabilitasi yang panjang untuk melupakan cobaan beratnya dan mendapatkan kembali sifatnya yang liar untuk menjadi orangutan semestinya.
Dia telah tinggal di kompleks sosialisasi dengan orangutan betina lainnya dan juga bergabung dengan Sekolah Hutan.
Pada 2005, Pony ditempatkan di Pulau Bangamat, yang merupakan salah satu pulau pra-rilis, untuk mendorongnya hidup lebih mandiri. Dengan kejadian tersebut, diharapkan tidak ada lagi Orangutan maupun hewan lainnya yang mengalami hal mengerikan tersebut. [red]
Discussion about this post