PRANALA.CO, Balikpapan – Pemerintah Kota Balikpapan menargetkan penyelesaian dua masalah krusial, yakni penyediaan air bersih dan penanganan banjir, dalam waktu tiga hingga empat tahun ke depan. Target ini menjadi prioritas utama di tengah pesatnya pertumbuhan penduduk dan tantangan perubahan iklim yang semakin nyata.
Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo, menegaskan bahwa penyediaan air bersih sudah menjadi kebutuhan mendesak yang memerlukan perencanaan matang, terutama dalam aspek pengadaan dan pembiayaan.
“Masalah air bersih ini krusial, baik dari segi ketersediaan sumber daya maupun pendanaan. Kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan langkah preventif, perlu ada kebijakan yang konkret dan menyeluruh,” ujar Bagus dalam keterangan resmi, Rabu (26/3/2025).
Bagus memaparkan, kebutuhan air bersih di Kota Balikpapan diperkirakan mencapai 2.500 liter per detik dalam dua tahun mendatang. Proyeksi ini didasarkan pada lonjakan jumlah penduduk, terutama dengan adanya pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) yang berpotensi meningkatkan arus urbanisasi ke wilayah Balikpapan dan sekitarnya.
“Saat ini saja jumlah penduduk sudah signifikan. Kita juga harus memantau dampak arus mudik Lebaran, apakah akan ada lonjakan penduduk akibat urbanisasi atau migrasi keluarga baru,” tambahnya.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Pemerintah Kota Balikpapan tengah melakukan kalkulasi cermat untuk menentukan persentase penduduk yang harus mendapatkan akses layanan air bersih. Perhitungan ini menjadi penting mengingat terbatasnya ketersediaan sumber daya air dan perlunya peningkatan kapasitas produksi.
Bendungan Sepaku Semoi Belum Optimal
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah keterbatasan fungsi Bendungan Sepaku Semoi yang selama ini diharapkan menjadi solusi krisis air. Menurut Bagus, bendungan tersebut hanya mampu menampung air hujan, bukan sebagai sumber air baku utama yang dapat diandalkan secara berkelanjutan.
“Kalimantan Timur pernah mengalami kemarau ekstrem, seperti tahun 1997 yang berlangsung enam bulan tanpa hujan. Tahun lalu saja, kita menghadapi dua bulan tanpa hujan yang cukup mengkhawatirkan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan penampungan air hujan,” jelasnya.
Untuk mengatasi keterbatasan ini, Pemkot Balikpapan tengah mempertimbangkan opsi pengambilan air baku dari Sungai Mahakam, sungai terbesar di Kalimantan Timur. Langkah ini dinilai sebagai solusi jangka panjang yang lebih stabil dan berkelanjutan dalam menghadapi potensi krisis air.
“Jika kita ingin menyelesaikan masalah secara menyeluruh, sejak awal harus kita kaji biaya dan teknis pengambilan air dari sumber yang lebih stabil seperti Sungai Mahakam,” tegas Bagus.
Dalam upaya mempercepat penyelesaian masalah air bersih, Pemerintah Kota Balikpapan membuka peluang investasi swasta di sektor pengelolaan air. Menurut Bagus, sejumlah investor sudah menunjukkan minat untuk berpartisipasi dalam proyek strategis ini.
Selain itu, pemerintah juga mempertimbangkan penerapan teknologi desalinasi sebagai alternatif penyediaan air bersih, terutama di tengah tantangan perubahan iklim dan terbatasnya sumber air tawar.
“Kami memiliki strategi jangka pendek, menengah, dan panjang dalam mengatasi masalah ini. Namun, yang paling penting adalah merealisasikan rencana jangka pendek dan menengah demi kesejahteraan masyarakat,” pungkas Bagus. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami











Comments 3