Tana Paser, PRANALA.CO – Tak ada lagi pesta perpisahan di hotel bintang lima. Tak ada lagi rombongan bus ke luar kota dengan seragam khusus. Tahun ini, anak-anak PAUD, SD, dan SMP di Paser harus cukup puas dengan satu hal sederhana: perpisahan di sekolah.
Tapi jangan salah. Ini bukan soal membatasi suka cita. Ini soal meluruskan niat dan menempatkan pendidikan kembali ke relnya. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Paser, Yunus Syam, tahu betul bahwa perpisahan tak harus mahal untuk jadi berkesan.
Lewat Surat Edaran Nomor 400./1556/Sek.2/IV/2025 yang diteken pada 16 April lalu, Disdikbud Paser secara tegas melarang perpisahan digelar di luar sekolah. Alasannya? Satu: biaya.
“Kami tidak ingin orangtua terbebani dengan biaya perpisahan yang fantastis hanya demi gengsi,” kata Yunus, dikutip Minggu (20/4/2025). Apalagi jika harus sewa ballroom hotel, jalan-jalan ke luar daerah, atau cetak toga ala wisuda kampus.
Yunus tak sendiri. Banyak orangtua diam-diam mengeluh. Apalagi yang anaknya baru lulus TK atau SD. Harus urunan sejuta hanya untuk pesta satu hari. Kadang bukan anaknya yang bahagia, tapi justru jadi ajang pamer antar wali murid.
Maka, lewat edaran itu, Yunus minta semua kepala sekolah menertibkan rencana kegiatan perpisahan. Bukan hanya soal tempat, tapi juga esensi. “Cukup sederhana, edukatif, dan tanpa pungutan yang memberatkan,” ujarnya.
Ia bahkan menyarankan, kalau perlu, bikin lomba atau acara seni antar kelas. Pakai panggung sekolah sendiri. Yang penting, maknanya sampai. Karena menurutnya, “perpisahan adalah momen kebersamaan, bukan ajang pemborosan.”
Yunus juga mewanti-wanti pihak sekolah untuk mengedukasi orang tua. “Sampaikan baik-baik. Kalau ada pelanggaran, ya akan kami evaluasi. Bisa sampai sanksi,” tegasnya. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami











Comments 2