KONSORSIUM Grup Bakrie memperkirakan investasi sebesar US$ 2,5 miliar atau Rp 36,62 triliun (kurs Rp 14.646/US$) proyek metanol di Batuta Industrial Chemical Park, Bengalon, Kutai Timur, Kalimantan Timur akan menyerap hingga 5 ribu pekerja dalam 4 tahun ke depan.
CEO and President Director PT Bakrie & Brother Tbk (BNBR), Anindya Novyan Bakrie, mengatakan, progres pembangunan pabrik akan dimulai pada kuartal I-2021 dan diperkirakan selesai di kuartal III-2023. Sedangkan, produksi baru dapat dilakukan pada kuartal pertama 2024.
“Kita harap di awal yang langsung terserap 1.000 orang pekerja di kawasan Batuta, tapi total dalam 4 tahun langsung tidak langsung bisa menyerap 5.000 orang,” terang Anindya, saat wawanvara dengan CNBC Indonesia, Jumat (29/5).
Dalam proyek tersebut, konsorsium Bakrie dan PT Ithaca Resources akan menggenggam 40 persen kepemilikan saham. Sedangkan 60 persen lainnya digenggam oleh Air Products, sebagai investor utama yang akan membangun pabrik di kawasan mulut tambang batu bara milik PT Kaltim Prima Coal (KPC), anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Anin mengatakan, nantinya Grup Bakrie akan fokus memasarkan gasifikasi batu bara untuk kebutuhan di dalam negeri. Metanol salah satu jenis bahan bakar alternatif seperti biodiesel untuk mesin pembakaran dalam dan beberapa jenis mesin lainnya dan menghasilkan nilai tambah dari batu bara yang sebelumnya hanya sebagai sumber energi.
“Nilai tambah dari batu bara yang sebelumnya bahan baku menjadi bahan yang menghasilkan sesuatu yang lebih, ini bisa jadi bahan bakar biodisel, turunan metanol banyak, bisa plastik, bisa otomotif bahkan peramu obat seperti parasetamol,” lanjutnya.
Sebagai informasi, Air Products and Chemicals, Inc. adalah salah satu perusahaan tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) alias bursa Wall Street. Fokusnya menjual gas dan bahan kimia untuk keperluan industri. Perusahaan dengan kode saham APD ini berbasis di Allentown, Pennsylvania, di wilayah Lehigh Valley, Pennsylvania, AS. Sedangkan, Ithaca Resources adalah perusahaan pertambangan batu bara di Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.
Tenaga Kerja Lokal Harus Diprioritaskan
Terpisah, Wakil Bupati Kutim Kasmidi Bulang menyebutkan dengan masuknya perusahaan berskala besar tersebut diharapkan memberikan dampak positif bagi Kutai Timur dan Kaltim. Hal ini sekaligus memberikan peluang bagi tenaga lokal.
Menurut Kasmidi dengan adanya investasi ini pun akan membawa Kutim menjadi lebih dikenal di kancah dunia. Selain memiliki lahan luas, juga peraturan pemerintah yang fleksibel mempermudah setiap investor akan masuk.
‘Kita memiliki batu bara sangat banyak, bahan utama metanolnya kan dari itu, dikonversi jadi sedemikian rupa. Dan hal ini tentu sangat menguntungkan bagi Kaltim dan Kutim,” tambahnya.
https://www.instagram.com/p/CApzcBOhklK/?igshid=1nz1lvfvyekg3
Sementara itu Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim M. Sa’bani mengatakan, pemprov mendukung penuh proyek yang akan dibangun di lokasi Batuta Chemical Industrial Park, Bengalon Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
“Kami sangat mendukung hilirisasi batu bara di berbagai jenis. Termasuk metanhol, dan banyak lagi turunannya kan,” kata Sa’bani dihubungi terpisah.
Sa’bani pun menjelaskan wilayah Batuta memang sudah lama diproyeksikan sebagai lokasi pusat industri energi mineral, gas dan batu bara. Sejak ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Maloy Batuta Trans Kalimantan (MBTK) pada yahun 2014. Dengan luas kawasan 557,34 hektar.
“Dulu kan terhambat investasi. Nah tahun ini, dapat investornya,” lanjutnya. Ia pun menyebut konsorsium mega proyek industri metanhol ini akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Kaltim. Karena dapat meningkatkan nilai tambah pada industri batu bara.
Walau pun Sa’bani menyebut secara proporsional pemprov Kaltim tidak memiliki saham pada mega proyek tersebut. Tapi setidaknya dengan adanya aktivitas ekonomi di sana. Pemerintah bisa mendapat income dari penarikan pajak.
“Kan ada pajak PBB, ada pajak penghasilan. Belum lagi tenaga kerja terserap, masyarakat juga akan dapat income dari sana. Bermanfaat lah,” tambah Sa’bani.
Ia menyebut dengan adanya aktivitas industri juga berpeluang menimbulkan titik ekonomi baru dengan industri ikutan lainnya. Proyek ini sedang diajukan untuk menjadi proyek strategis nasional. Sementara pembangunan kontruksi ditarget selama tiga tahun. Dan produksi akan dimulai pada 2024 mendatang. (*)
Discussion about this post