pranala.co – PDAM Bontang krisis air baku. Masalah ini sudah lama mencuat. Pelbagai upaya juga sudah dilaksanakan. Terbaru, dibahas Rakor penyamaan persepsi terkait pembahasan tarif air curah Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Marangkayu Kukar-Bontang, di Hotel Mercure Samarinda.
Rakor itu mengungkap soal pemenuhan kebutuhan air bersih di Kota Bontang tergantung dukungan dari Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) yang memiliki potensi sumber air berlebih.
Saat ini Perumda Tirta Taman sudah defisit air baku. Jumlahnya, 200 liter per detik. Jika 25 liter per detik bisa memenuhi 1.000 rumah. Artinya, dengan minus 200 liter/detik akan mengurangi kemampuan PDAM mengalirkan air ke 8 ribu rumah.
Munculah opsi-opsi untuk mengatasi hal itu. Namun, pemanfaatan air bekas galian tambang milik PT Indominco Mandiri dinilai menjadi langkah tercepat mengatasi krisis air baku di Bontang.
Diketahui, ada dua opsi lain untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Kota Taman yang saat ini berstatus mendesak. Antara lain pemanfaatan Bendungan Marang Kayu di Kutai Kartanegara (Kukar), dan pemanfaatan Bendungan Pengendali Banjir (Bendali) Suka Rahmat di Kutai Timur (Kutim).
“Dari ketiga itu, pemanfaatan air tambang Indominco berpotensi paling cepat. Sebab Bendungan Suka Rahmat dan Bendali Suka Rahmat masih dalam proses pembahasan dan perizinan di provinsi (Pemprov Kaltim),” urai Direktur PDAM Tirta Taman Bontang, Suramin saat dikonfirmasi pranala.co, (3/6/2022).
Berbeda dengan tambang Indominco yang sudah melalui proses kajian dan tinggal tahap realisasi. Secara jarak dan biaya, kata dia, opsi ini juga jauh lebih dekat dan efisien dibandingkan dua opsi lainnya.
Pemanfaatan air bekas tambang ini, sambung Suramin, juga menggunakan galian yang sudah berumur puluhan tahun, sehingga dinilai aman dari kandungan berbahaya yang sempat dikhawatirkan banyak pihak.
“Untuk pembiayaan (penyaluran air tambang), nanti sifatnya sharing pendanaan. Jadi tidak satu sumber saja,” paparnya.
Suramin berharap, tiga opsi dalam mengatas krisis air baku ini bisa cepat terealisasi. Dirinya menyebut, meski nantinya ketiga opsi itu bisa terealisasi semua, tetap belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat Bontang. Sebab ke depan, diproyeksikan pertumbuhan penduduk juga semakin pesat.
“Saat ini saja kita (Bontang) sudah defisit kurang lebih 200 liter per detik. Tentu harus ada alternatif lain,” kata Suramin.**
Discussion about this post