pranala.co – Mata Nurur Rohma Bintari berbinar-binar saat ditemui usai melakukan pengukuhan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Hotel Grand Mutiara, Senin (16/8) sore itu.
Cita-citanya satu per satu ia sebut mulai terwujud. Bahkan pandemi Covid-19 tidak menghalanginya untuk menoreh prestasi. Bagaimana tidak, tak hanya lolos menjadi tim 8 dalam pasukan, ia juga menjadi pembawa baki bendera merah putih upacara HUT ke-76 RI di Kota Bontang, Kalimantan Timur.
Ia dengan semangat bercerita, meski maskernya menutupi setengah wajahnya. Namun, matanya melukiskan bagaimana dia begitu bahagia. Perjuangannya membuahkan hasil yang sejalan dengan keinginannya.
Katanya, sejak kecil dia sudah menaruh impian untuk menjadi Paskibraka. Berawal dari kegemarannya menyaksikan pengibaran bendera di Istana Negara melalu layar telivisi favoritnya, saat ia masih belia.
Kini di umurnya yang 16 tahun, ia akhirnya bisa berbangga masuk dalam pasukan inti dan cukup menjadi sorotan utama.
“Alhamdulillah masuk di pasukan Paskibraka, walaupun tingkat kota, senang banget rasanya,” ucap remaja yang bercita-cita menjadi polwan itu.
Perjalananya hingga titik ini berawal dari informasi dari sekolahnya di SMA Negeri 3 Bontang, pertengahan Mei silam. Ia yang masih duduk di kelas dua SMA tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Meski harus bersaing dengan 17 orang rekan-rekannya di tahap seleksi sekolah.
Dari tes Pelatihan Baris Berbaris (PBB), Parade, hingga Medical Check Up (MCU) berhasil ia lewati. Setelah pengumuman pada 5 Agustus, ia berhasil lolos bersama delapan orang teman sekolahnya. Tujuh perempuan dan 1 Laki-laki.
“Setelah latihan selama tiga hari, saya lalu ditunjuk masuk di pasukan 8,” tambahnya.
Namun di balik kebahagiaannya, Anak terakhir dari dua bersaudara itu mengaku tetap merasa deg-degan. Mengingat tugasnya akan dimulai dalam hitungan jam.
Belum lagi dengan latihan singkat. Yaitu, selama satu pekan membuatnya harus lebih meningkatkan rasa percaya diri.
“Tapi harus percaya diri, semoga semuanya berjalan dengan lancar,” katanya.
Hadir mendampingi Nurur seorang pria paruh baya yang sejak upacara pengukuhan tadi berdiri setia di belakang anaknya. Dia Hamsah Burahima berusia 47 tahun, ayah dari Nurul.
Buah hatinya yang terakhir itu merupakan hasil kerja kerasnya bersama istrinya, Nafizah Tamma yang berusia sama dengannya.
Saat diwawancarai, sangat jelas kebanggaan terpancar di wajahnya. Bahkan, kedua matanya terlihat mulai berkaca-kaca saat ditanya terkait prestasi anak bungsunya.
Ia sendiri merupakan seorang wiraswasta, yang memimpin ke tiga anggota keluarganya tinggal di Jalan Kapal Layar 5 Lok Tuan, Bontang Utara, Kota Bontang, Kalimantan Timur.
Nurur, kata dia merupakan anak yang ulet. Konsisten mengejar impiannya dengan gigih. Bahkan saat dikabari oleh anaknya berhasil masuk dalam Paskibra, ia cukup yakin hal itu merupakan buah keuletan dari anaknya itu.
Sejak kecil, Bahar bercerita anak bungsunya ini memang rajin mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan displin baris berbaris atau serupa dengan itu. Saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) si bungsu pernah menjadi polisi cilik.
“Jadi saat dia keterima, kami sangat bangga sekali,” jelasnya.
Meskipun begitu, juga kekhawatiran sering terbesit dalam benaknya. Bermula saat si bungsu harus dikarantina selama 10 hari untuk mengikuti pelatihan. Situasi pandemi membuatnya terus berdoa agar anaknya aman selama mengemban masa latihan.
“Ya khawatir juga, apalagi pas mereka dikarantina. Ini aja baru ketemu setelah 10 hari,” jelasnya.
Namun, rasa khawatir itu tak bisa mengalahkan kebanggannya. kini ia berharap anaknya itu bisa melaksanakan tugasnya dengan lancar tanpa halangan apapun.
Ia pun berharap, keberhasilan anaknya itu bisa menjadi langkah awal untuk meraih cita-citanya menjadi Polwan.
“Kami sebagai orang tua mendukung semua cita-citanya, selama bisa bermanfaat untuk orang lain,” tutupnya. **
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post