Pranala.co, SAMARINDA – Laju inflasi Kalimantan Timur (Kaltim) pada September 2025 tercatat 1,77 persen. Angka ini terpantau terkendali, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,58.
Penyumbang terbesar inflasi datang dari emas perhiasan. Komoditas logam mulia ini memberikan andil 0,51 persen terhadap inflasi tahunan.
“Emas perhiasan menjadi pendorong utama inflasi di Kalimantan Timur pada September,” kata Kepala BPS Kaltim, Yusniar Juliana, dalam keterangan tertulis, Selasa (1/10).
Selain emas, kelompok makanan, minuman, dan tembakau turut menyumbang inflasi sebesar 1,08 persen. Harga beras, bawang merah, dan ikan layang tercatat mengalami kenaikan. Begitu juga dengan sigaret kretek mesin dan kopi bubuk.
Sektor pendidikan juga memberi tekanan. Biaya kuliah dan bimbingan belajar meningkat, mendorong inflasi pendidikan hingga 2,67 persen. Sedangkan biaya makan di luar rumah ikut mengerek inflasi di kelompok penyediaan makanan dan minuman sebesar 2,03 persen.
Secara spasial, inflasi bervariasi antarwilayah. Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mencatat inflasi tertinggi sebesar 2,83 persen. Hal ini dipengaruhi geliat ekonomi daerah tersebut yang berkembang pesat sebagai lokasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN).
Sebaliknya, Kota Balikpapan menorehkan inflasi terendah, hanya 1,15 persen. Struktur ekonomi yang lebih matang dinilai membuat Balikpapan lebih stabil dalam menahan tekanan harga.
Menariknya, sektor transportasi justru mengalami deflasi 1,36 persen (yoy). Penurunan tarif angkutan udara dan harga bensin menjadi faktor utama.
Beberapa kelompok lain juga tercatat deflasi. Antara lain pakaian dan alas kaki (-1,02%), perlengkapan rumah tangga (-0,83%), serta informasi dan komunikasi (-0,50%). Penurunan harga perangkat elektronik seperti telepon seluler dan laptop ikut menekan inflasi di sektor teknologi.
Secara bulanan, inflasi Kaltim hanya 0,04 persen. Lebih rendah dibanding September tahun lalu yang mencapai 0,06 persen.
Secara kumulatif, inflasi Januari–September 2025 tercatat 1,54 persen. Angka ini sedikit lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni 1,24 persen. (DIAS)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami









