Pranala.co, BALIKPAPAN — Angka kecelakaan lalu lintas selama Operasi Zebra Mahakam 2025 di seluruh wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) menunjukkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Dari hasil operasi tersebut, Samarinda tercatat sebagai wilayah dengan jumlah kejadian terbanyak, sementara Berau dan Mahakam Ulu tidak mencatat satu pun insiden kecelakaan.
“Tahun ini yang paling banyak kejadian laka lantas adalah Samarinda, ada empat kejadian dengan korban meninggal dunia nihil, luka berat empat orang, dan luka ringan tiga orang,” ucap Dirlantas Polda Kaltim, Kombes Pol Rifki, Selasa (1/12/2025).
Meski menjadi wilayah dengan kasus terbanyak, Samarinda tetap menunjukkan penurunan signifikan. Pada 2024, Samarinda mencatat 7 kejadian kecelakaan dengan kerugian material Rp24 juta.
Sementara pada 2025, angkanya turun menjadi 4 kejadian dengan kerugian material Rp21 juta. Jumlah korban luka ringan juga menurun dari 8 orang menjadi 3 orang.
Selain itu, wilayah Balikpapan pun turut mencatatkan penurunan angka kecelakaan. “Kota ini mencatat 4 kejadian pada 2024 dengan 3 korban meninggal dunia, 0 luka berat, dan 2 luka ringan. Kerugiannya mencapai Rp13 juta,” ungkap Rifki.
Pada 2025, jumlah tersebut turun drastis menjadi hanya 1 kejadian, dengan 1 korban meninggal dunia dan tanpa korban luka berat maupun luka ringan. Kerugian material juga jauh lebih kecil, hanya Rp800 ribu.
Dia menambahkan, untuk wilayah Berau dan Mahakam Ulu menjadi dua wilayah yang mencatat prestasi sempurna, dengan nihil kecelakaan pada 2024 maupun 2025. “Tidak ada korban jiwa, luka-luka, maupun kerugian material,” ujarnya.
Rifki menegaskan bahwa capaian tersebut tidak lepas dari langkah-langkah yang dilakukan jajaran satuan lalu lintas. “Alhamdulillah, itu nihil. Nihil terjadi kecelakaan selama Operasi Zebra,” sebutnya.
Ini tentunya berkaitan dengan upaya-upaya yang sudah dilakukan satuan lalu lintas. Melalui peran-peran yang dimaksimalkan sehingga bisa menekan, meminimalisir, bahkan meniadakan kecelakaan selama 14 hari pelaksanaan Operasi Zebra Mahakam.
Kendati demikian, tidak semua wilayah menunjukkan tren serupa. Beberapa daerah justru mengalami kenaikan.
Misalnya, seperti wilayah Bontang, jumlah kejadian tetap dua kasus, tetapi korban luka ringan naik menjadi tiga orang. Kerugian material meningkat dari Rp11 juta pada 2024 menjadi Rp30,5 juta pada 2025.
Begitu pula, Kutai Barat mencatat kenaikan jumlah korban luka ringan. Dari 1 korban pada 2024 menjadi 4 korban pada 2025, meski jumlah kejadian tetap satu kasus. Kerugian material turun dari Rp4 juta menjadi Rp3 juta.
Sedangkan Kutai Kartanegara masih mencatat satu kasus pada 2024 maupun 2025, tetapi seluruh korban pada 2025 berada di angka nol. Kerugian material sedikit naik dari Rp4 juta menjadi Rp4,5 juta.
Hal serupa juga terjadi di Kutai Timur, di mana jumlah kecelakaan tetap satu kasus, namun korban meninggal dunia turun menjadi nol pada 2025. Kerugian material melonjak menjadi Rp20 juta.
Di Paser, jumlah kecelakaan naik dari satu menjadi dua kejadian. Kerugian material meningkat tajam dari Rp3,5 juta pada 2024 menjadi Rp35 juta pada 2025.
Terakhir, Penajam Paser Utara mencatat peningkatan kasus dari 2 kejadian pada 2024 menjadi 4 kejadian pada 2025. Korban luka berat meningkat menjadi 4 orang, sementara kerugian material naik menjadi Rp7 juta.
Lebih lanjut, Rifki menyebut bahwa strategi Operasi Zebra tahun ini berbeda dari sebelumnya. Fokus utama diarahkan pada tindakan preemtif dan preventif untuk meningkatkan kesadaran pengguna jalan.
Ia menambahkan, turunnya angka kecelakaan tidak terlepas dari berbagai langkah pencegahan yang dilakukan jajaran Polres atau Polresta di wilayah Kaltim.
“Penurunan ini merupakan hasil dari upaya preemtif dan preventif yang kami lakukan secara masif selama operasi berlangsung,” pungkasnya. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan mari bergabung di grup Whatsapp kami










