pranala.co – Ribuan ekor sapi ternak di Jawa Timur (Jatim) mulai terpapar virus penyakit mulut dan kuku (PMK). Penyakit ini disebut sangat menular terhadap hewan ternak lainnya dan bisa mengganggu pasokan daging. Terutama di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Dampaknya berimbas ke pedagang sapi ternak di Balikpapan. M Abdu Kuddu salah satunya. Dia mengaku mengalami kerugian. Seharusnya bisa dijual seharga Rp60 sampai 70 juta, jadi turun.
“Rugi Mas. Mau enggak mau dijual kembali ke teman-teman penjual kurban di sana dengan harga lebih murah,” terangnya, Rabu (11/5/2022).
Karena sulit untuk dikirim ke Balikpapan, pria yang karib disapa Abdu ini pun harus rela menurunkan harga sapi-sapi yang sudah dibelinya dengan selisih Rp10 juta jika ingin menjualnya kembali di Pulau Jawa.
“Itu pun kalau laku. Kalau tidak, ini yang susah. Susah itu karena informasi mengenai virus ini sudah sampai ke masyarakat jadi banyak yang membatasi (membeli),” ujarnya.
Ia mengungkapkan, ada sekira 30 ekor sapi miliknya yang masih berada di Pulau Jawa. Bukan sapi lokal biasa, sapi-sapi miliknya adalah sapi dengan kualitas premium dengan harga beli tinggi. Antara Rp30 sampai 40 juta per ekornya.
Jika dihitung, kerugian yang diterimanya pun cukup lumayan. Sapi biasanya menjadi incaran untuk hari raya qurban. Sedangkan, dengan adanya virus ini, para pemilik peternakan harus memutar otak untuk terus menjalankan bisnisnya.
Abdu sendiri memilih untuk tetap menjual sapi-sapj yang saat ini masih berada di kandang ternaknya. Sementara juga menambah sapi dengan mengambil dari wilayah Sulawesi.
“Tapi sapi lokal saja. Kalau sapi lokal kan murah Rp15 sampai 18 jutaan saja. Kalau sapi Jawa kan mahal,” tutur dia.
Sebelum virus PMK ini semakin meluas dan masuk ke Balikpapan, Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan pun segera mengambil langkah-langkah antisipasi. Yaitu segera berkoordinasi dengan beberapa pihak terkait di Pelabuhan Semayang seperti KSOP, Pelindo, hingga kepolisian.
Dimaksudkan untuk membantu mengawasi saat sapi-sapi ternak yang dikirim masuk ke wilayah Kaltim.
“Nantinya saat sapi-sapi itu sudah sampai di sini akan langsung kami semprot desinfektan untuk mematikan sisa-sia virus yang terbawa,” kata Plt Kepala Karantina Pertanian Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan Akhmad Alfaraby.
Selain itu, Akhmad mengatakan, sebelum sapi-sapi itu dikirim juga pastinya telah melalui tahap karantina 14 hari dari balai karantina tempat sapi itu berasal.
“Karena nanti ada surat kesehatan yang diterbitkan. Otomatis hewan-hewan yang lolos ini pastinya sudah melewati masa karantina tersebut makanya surat kesehatannya keluar” tutupnya. (*)
Discussion about this post