PRANALA.CO, Bontang – Tarian yang dikenal dengan sebutan “Tarian Bagi-Bagi THR 2025” tengah viral di berbagai platform media sosial Indonesia. Tarian yang diiringi gerakan lucu dan kompak ini menjadi tren saat Idulfitri, terutama dalam momen pembagian tunjangan hari raya (THR) kepada keluarga dan kerabat.
Namun, di balik popularitasnya, muncul kontroversi. Beberapa warganet menilai gerakan tarian ini mirip dengan Tarian Hora yang identik dengan budaya Yahudi. Hal ini menimbulkan perdebatan, terutama di media sosial seperti Facebook dan Instagram.
Sebagian warganet mempertanyakan apakah tarian ini berkaitan dengan praktik budaya agama tertentu. Dalam Islam, Yahudi merupakan salah satu kaum yang disebutkan dalam Al-Qur’an, sehingga anggapan bahwa tarian ini berakar dari budaya Yahudi menimbulkan kegelisahan di sebagian kalangan.
Namun, penelusuran sejarah menunjukkan bahwa Tarian Penguin, yang kini dipopulerkan sebagai “Tarian THR”, tidak berasal dari praktik keagamaan tertentu. Dilansir dari situs Folkdance Footnotes, Jumat (4/4/2025), tarian ini memiliki jejak sejarah panjang yang melibatkan berbagai negara dan budaya.
Asal-Usul Tarian: Dari Bunny Hop Amerika hingga Letkis Finlandia
Menurut catatan sejarah, tarian ini memiliki kemiripan dengan Bunny Hop, sebuah tarian yang diciptakan oleh siswa Balboa High School di San Francisco, Amerika Serikat, pada tahun 1952. Lagu pengiringnya dibuat oleh musisi Ray Anthony dan kemudian menjadi sangat populer.
Tarian ini berkembang dan diadopsi di berbagai negara. Di Finlandia, misalnya, muncul versi tarian baru yang diiringi lagu berjudul Letkis ciptaan Rauno Lehtinen pada tahun 1963. Versi ini dikenal sebagai Letkajenkka, sebuah genre musik rakyat Finlandia yang dikemas secara modern.
Letkajenkka kemudian menyebar ke wilayah Eropa Timur seperti Albania dan Rumania, dan disebut sebagai Tarian Penguin karena gerakannya menyerupai gaya berjalan penguin.
Menurut Wikipedia, ada teori bahwa mahasiswa pertukaran dari Finlandia membawa inspirasi tarian ini dari acara TV Amerika yang menampilkan Bunny Hop. Sejak saat itu, tarian ini terus berkembang dan disesuaikan dengan berbagai budaya lokal.
Tarian Penghibur, Bukan Ritual Keagamaan
Pemilik akun Facebook, Rzky Arif Akbar, dalam unggahannya menjelaskan bahwa masyarakat Yahudi memang terlihat pernah menarikan tarian serupa dalam video yang beredar, namun bukan dalam konteks ritual ibadah.
“Biasanya mereka menari dalam acara pernikahan atau Bar Mitzvah, namun itu murni hiburan sosial, bukan bagian dari ritual agama,” tulis Rzky.
Sosiolog budaya, Yuni Rahmawati, menilai bahwa viralnya Tarian Penguin adalah bagian dari fenomena budaya pop global.
“Ini adalah bentuk adaptasi budaya populer yang melintasi batas negara dan agama. Ketika sebuah gerakan atau lagu menyenangkan dan mudah diikuti, ia akan dengan cepat diterima oleh masyarakat tanpa perlu mempertimbangkan asal-usul aslinya secara kaku,” ujar Yuni. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post