pranala.co – Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerad (BPBD) Bontang Ahmad Yani mengatakan, banjir kali ini menyasar enam kelurahan. Mencakup Guntung, Kanaan, Gunung Telihan, Satimpo, Gunung Elai, dan Api-Api. Tersebar di 57 RT. Ada 2.262 keluarga atau 7.921 jiwa yang terdampak.
Sebelum banjir datang, dirinya sudah mendapat informasi terkait status kewaspadaan banjir, satu hari sebelum kejadian. Dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Bahkan, pihaknya langsung menyebarkan kabar ini kepada seluruh lurah dan camat. “Peringatan sudah ada memang, dan itu kami informasikan sebagai langkah antisipasi,” kata Ahmad Yani.
Jika ditilik, ancaman banjir di Bontang terjadi dalam siklus dua tahunan. Pada 2015 silam, banjir kiriman ini terjadi pada 4 Februari. Enam kelurahan terkena imbas, yakni Api-Api, Gunung Elai, Bontang Baru, Gunung Telihan, Kanaan, dan Bontang Kuala. Ketinggian air mencapai lutut orang dewasa.
Dua tahun berselang kembali diserang banjir. Bontang diguyur hujan deras berturut-turut sejak 19-20 November, kala itu. Enam kelurahan kembali menjadi korban, yakni Gunung Telihan, Kanaan, Satimpo, Gunung Elai, Api-api, dan Bontang Baru.
Dan 2019 kembali banjir. Bahkan yang terparah selama 34 tahun terakhir. Delapan kelurahan terdampak. Meliputi Gunung Telihan, Kanaan, Satimpo, Api-api, Gunung Elai, Tanjung Laut, Tanjung Laut Indah, dan Guntung. Saat itu, tercatat 10.065 jiwa menjadi korban banjir luapan sungai.
“Kalau tahun ini tidak separah dua tahun lalu. Waktu itu ada material lumpur yang terbawa luapan air. Akibatnya armada dan peralatan kami tidak bisa bergerak,” ucapnya.
Dijelaskan dia, lambannya debit air menuju ke hilir lantaran beberapa hari ini air laut juga sedang pasang. Pada 8 November 2021, pukul 19.30 Wita ketinggian permukaan air laut mencapai 2,4 meter. Sementara kemarin, pukul 20.00 Wita levelnya di 2,2 meter.
Ia membenarkan ada penurunan. Tetapi, jika ada curah hujan tinggi di kawasan hulu, maka akan memperlambat pembuangan air sungai. “Kalau pasang maka air akan tertahan di Api-Api. Itu penyebabnya mengapa kelurahan tersebut dampaknya sangat besar,” tutur dia.
Pun demikian dengan Guntung, air dari sungai di kawasan tersebut tidak mengalir menuju laut. Akibatnya meluber ke permukiman warga. Terutama daerah yang lebih rendah. Sejauh ini, BPBD telah melakukan proses evakuasi terhadap sejumlah masyarakat.
Di Gunung Telihan proses itu sudah terjadi sejak 8 November malam hari. Disusul pagi hari berikutnya di kawasan Satimpo. Karena ada ibu yang hendak melahirkan. Sehingga petugas langsung membawa dengan perahu karet segera dilarikan ke rumah sakit. Satu lansia beserta cucu juga dibawa ke tempat aman dari area Jalan Bulutangkis, Api-Api. Lantaran lansia mengalami demam.
“Tempat evakuasi yang disiagakan di Kantor Kelurahan Gunung Elai. Sudah menampung 4 kepala keluarga atau 23 jiwa. Fokus kami ke sarana pemerintahan. Menyangkut ketersediaan fasilitas penunjang,” sebutnya.
BPBD pun terus berkomunikasi dengan pihak kelurahan dan kecamatan. Sehubungan dengan kewaspadaan ancaman banjir. Sejumlah perahu karet pun juga disiagakan untuk membantu proses evakuasi warga. Disebut, kelurahan lain yang ikut tergenang lantaran permukaan air laut lebih tinggi dibandingkan daratan. Sehingga ketika rob, air masuk ke permukiman.
“Kalau rob itu menyasar Kelurahan Tanjung Laut Indah. Kemarin (dua hari lalu) Jalan Haruan ada genangan tetapi beberapa jam kemudian sudah surut. Selain itu Jalan Belanak juga menjadi potensi ancaman rob,” terangnya.
Imbas dari kondisi ini, tiga ruas jalan ditutup sejak pagi kemarin. Meliputi Jalan Ahmad Yani, Jalan Pattimura, dan Jalan Imam Bonjol. Pengendara dialihkan ke ruas jalan yang dapat dilalui. Dari hasil pantauan, pukul 16.32 Wita kemarin, perlahan ketinggian air mulai surut. [ADS|red]
Discussion about this post