PRANALA.CO – Selalu ada kisah dalam hidup yang dapat diceritakan, baik senang hingga sedih. Tempat bercerita pun sangatlah tiada batas, termasuk angkringan yang selalu memiliki cerita unik dari setiap pelanggannya. Hal inilah yang kemudian diangkat dalam “Angkringan the Series” yang tayang eksklusif di Mola TV.
“Angkringan the Series” merupakan serial produksi Lifelike Pictures yang disutradarai oleh Adriyanto Dewo, sebelumnya lebih dikenal dengan film “Mudik” yang tayang pula di Mola TV. Mengusung format semi-anthology dan menempatkan Dwi Sasono sebagai main recurring character, series ini berkisah tentang Dedi, seorang pemilik angkringan bernuansa Jawa dengan ragam pelanggannya yang memiliki berbagai cerita hidup.
“Angkringan the Series” tampil dengan berbagai cerita berbeda pada setiap episode, menjadikannya sebagai satu dari sekian banyak seri antologi yang hadir untuk dinikmati secara on-demand. Dengan durasi antara 10-30 menit yang terdiri dari enam episode, serial ini tergolong mudah dicerna.
Dalam setiap episodenya, selalu terselip deretan kisah yang menyelubungi manusia pada umumnya. Banyak pula hal yang diangkat, seperti toxic relationship, hamil di luar nikah, hingga fenomena transpuan yang penuh dilema. Kisah-kisah yang ditampilkan ini mampu hadirkan ragam rasa dalam penyampainnya, bahkan pada beberapa bagian akan sulit untuk menahan rasa haru terhadap apa yang dialami setiap karakternya.
Walau mengusung format antologi, setiap episode dalam “Angkringan the Series” selalu memberikan hint terkait masa lalu dari Dedi, sang pemilik angkringan yang selalu siap mendengarkan keluh dari para pelanggannya.
Disajikan secara perlahan, sayang sekali kisah Dedi yang selalu berkesinambungan dalam setiap episodenya seakan tidak diberikan full closure layaknya deretan pelanggan yang menyambangi angkringannya. Entah digunakan sebagai teaser untuk season selanjutnya atau memang dibuat demi membangkitkan daya pikir penonton, hal ini tidak selalu menjadi bagian baik dalam series tersebut.
Dalamnya rasa yang tampil pada “Angkringan the Series” tentu tak lepas dari lihainya para pemeran dalam membawakan masing-masing karakternya. Dwi Sasono tentu menjadi spotlight dengan karakter pria Jawa penuh kehangatan, membawa series ini tampak lebih hidup dalam deretan episodenya.
Jajaran main supporting cast-nya juga tak kalah menarik, walau nampaknya hanya Morgan Oey yang mampu tampil menawan dengan keluar dari pakemnya yang lebih banyak bermain sebagai mas-mas ganteng generic dan tampil 180 derajat berbeda di sini.
Tampil dengan kemasan sederhana, Adriyanto Dewo dan jajaran crew di belakangnya juga tak luput dalam memperhatikan segi teknikalnya. Set design yang banyak dihabiskan dalam angkringan bernuansa Jawa dengan segala perabotan kayunya mampu direpresentasikan dengan baik, seakan dapat membawa penonton teresap ke dalamnya.
Didukung pula dengan ragam scoring lowkey-nya juga mampu menghidupkan “Angkringan the Series” dalam ragam episodenya. Tak lupa pula sinematografinya yang lebih banyak bermain still, mampu menangkap segala emosi yang hadir pada berbagai scene di dalamnya.
“Angkringan the Series” pada dasarnya merupakan kumpulan kisah dari beragam manusia yang datang dan pergi pada satu tempat. Series ini memang mampu tampil menawan dengan hadirnya ragam rasa dan banyak kelebihannya, meski tidak dapat dipungkiri bahwa tidak pernah ada full closure dari Dedi yang cukup mengganggu di sini. (*)
Discussion about this post