PRANALA.CO – Janji mendapat keuntungan besar lewat investasi terus menjadi magnet bagi sebagian orang untuk menggelontorkan uang. Apalagi bila investasi tersebut berkaitan dengan tambang emas dengan janji laba berlipat ganda.
Namun, iming-iming duit berlipat tak melulu mulus. Kadang juga tersandung skandal yang bikin pemodal nyungsep ke jurang kerugian. Itu terjadi di Skandal Tambang Emas Bursang atau Skandal Bre-X di Kalimantan.
Skandal Bre-X ini bahkan disebut sebagai yang terbesar dalam sejarah investasi pertambangan emas dunia.
Kisahnya bermula pada 1993 saat seorang geolog asal Filipina, Michael de Guzman menjelajah hutan Kalimantan. Keluar dari sana, ia menghebohkan orang banyak: ada jutaan ton emas tertimbun di hutan Kalimantan yang siap ditambang.
Dalam kurun tiga tahun, Guzman memproduksi ribuan sample emas. Sample-sample itu pun berhasil menarik kepercayaan para investor agar menanamkan modalnya di salah satu perusahaan tambang di Kanada di mana Guzman bekerja, Bre X Minerals. Saham perusahaan itu meroket seketika.
Hanya satu masalahnya kala itu, tidak ada emas di lokasi tambang Busang, Kalimantan Timur. Guzman adalah penipu yang memberi kesan bahwa perusahaannya menambang banyak emas dan sukses membuat para investor mengguyur perusahaannya dengan dana segar.
Lantas bagaimana skema penipuan itu dijalankan Guzman melalui lokasi tambang emas di Indonesia? Bagaimana nasib Guzman yang kabarnya ditemukan tewas di hutan Kalimantan?
Berikut kisah salah satu kasus penipuan investasi paling terkenal di kancah global seperti dikutip dari Business Insider, Geology.about.com, Resource Investor dan sejumlah sumber lainnya, Rabu (2/4/2014).
Niat buruk Michael de Guzman bermula saat dirinya bercita-cita menjadi seorang kaya raya. Namun dengan cara singkat. Maka tercetuslah ide untuk membuat berita bohong terkait penemuan cadangan emas itu.
Guzman percaya, agar kebohongannya dipercaya banyak orang, dia harus menggandeng geolog lain. Guzman lantas menghubungi ahli geologi lain, John Felderhof.
Guzman lalu meyakinkan Felderhof untuk menemukan investor yang mau menanamkan modalnya agar keduanya bisa mengeruk emas di belantara Kalimantan.
Dia meminta untuk mencarikan investor yang berani menghadapi risiko dan pantang menyerah. Felderhof merekomendasikan seorang pengusaha Kanada bernama David Walsh.
Walsh kala itu menjabat CEO Bre-X Gold Minerals, Ltd. Guzman dan Felderhoff lantas menyambut Walsh di Indonesia untuk membicarakan bisnis tersebut.
Dari pertemuan itu, pihak Guzman dan rekannya mendapat kontrak proyek senilai US$ 80 ribu atau Rp 904 juta dari Walsh. Bre-X bersedia membeli properti di Busang dan menunjuk Guzman sebagai manajer proyek.
Duit sudah di kantong. Guzman lantas meluncurkan langkah selanjutnya. Ia pun membentuk tim khusus guna mengambil sampel kandungan emas dalam tanah Kalimantan.
Setelah sampel terkumpul, Guzman butuh menganalisis emas secara pribadi sebelum dikirim ke luar negeri. Saat itulah, Guzman menghancurkan cincin pernikahannya dan mencampurkan serpihan emas itu dengan sampel batu di Busang. Skema ini disebut `salting` dan berulang kali dilakukan Guzman.
Dia menggunakan rasio sekitar 3 ons emas untuk setiap ton batu yang digali. Lab analisanya sangat meyakinkan dan membuat Bre-X berhasil mengundang perhatian para investor.
Pada 1995, Bre-X melalui Guzman mengklaim cadangan emas yang terkandung di lahan Busang itu berjumlah sekitar 30 juta ounce. Setiap tahun, perusahaan terus meningkatkan potensi cadangan emas di lahan tambang tersebut.
Bahkan pada 1997, Bre-X mengumumkan cadangan emas di tempat tersebut berjumlah 70 juta ounce. Dia mulai membayar penduduk lokal untuk emas yang didulang dari sungai. Selama dua tahun setengah dia menggunakan cara tersebut.
Hipotesa cadangan emas di Bre-X terus naik seiring dengan harga sahamnya. Nilai jual saham di Bre-X melesat pesat di bursa saham Alberta hingga ke level 200 dolar Kanada.
Para investor yang skeptis dengan bisnis tambang emas itu lantas mengirim auditor independen untuk mengecek komoditas logam mulia tersebut. Kala itu, para auditor menemukan itu bukan emas hasil tambang melainkan logam mulia yang didulang dari sungai.
Namun Guzman tak kehabisan akal, dia membeberkan teori vulkanik yang membuat para investor kembali percaya dan menanamkan modalnya. Harga saham Bre-X kembali melonjak.
Saat itu, Guzman, Felderhoff dan Walsh menjual porsi sahamnya di Bre-X senilai US$ 100 juta. Untung besar yang didulang dari Kalimantan tersebut lalu mengundang kecurigaan Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Presiden Indonesia. (*)
Discussion about this post