PRANALA.CO – Rasulullah SAW telah mengingatkan umat Muslim untuk selalu mengendalikan amarah. Ada begitu hikmah ketika seorang Muslim mampu menahan diri dari amarahnya, sebagaimana disebutkan dalam beberapa riwayat hadits.
Pertama, dijauhkan dari murka Allah SWT. Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr, sebagai berikut:
مَاذَا يُبَاعِدُنِى مِنْ غَضَبِ اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ؟ قَالَ: لاَ تَغْضَبْ
“Dia (Abdullah bin Amr) bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Apa sesuatu yang bisa menjauhkanku dari murka Allah SWT?” Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jangan marah.” (HR Ahmad). Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW mengulang-ulangi nasihatnya ini sebanyak tiga kali. “Jangan marah.”
Kedua, orang yang mampu mengendalikan amarahnya maka Allah menutup aibnya dan diberi keamanan pada hari kiamat kelak. Berikut haditsnya:
وَمَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ، وَلَوْ شَاءَ أَنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ، مَلأَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ قَلْبَهُ أَمْنًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ كَفَّ غَضَبَهُ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ
Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang meninggalkan amarahnya, Allah akan tutup aurat (kesalahan/kekurangan/aib)-nya. Siapa yang menahan amarahnya padahal ia mampu melakukannya, Allah ‘azza wa jalla akan memenuhi hatinya dengan rasa aman pada hari kiamat.” (HR Ibnu Asakir)
Ketiga, adalah hikmah yang terkandung dalam hadits yang mengisyaratkan bahwa orang yang menahan amarah itu lebih hebat dari orang yang bergulat. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang yang kuat bukan yang jago dalam bergulat, tetapi yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR Bukhari Muslim)
Keempat, hikmah menahan amarah adalah karena hal tersebut adalah awal segala keburukan. Maka ketika tidak mampu mengendalikannya, keburukan pun dimulai.
Dari hal ini juga diketahui bahwa marah hanya akan memperkeruh masalah, bukan menyelesaikannya. Rasulullah SAW bersabda, “Marah adalah awal segala keburukan.” (Muttafaq Alaih)
Nabi SAW melarang umatnya menuruti amarah, karena bisa menyeret seseorang ke hal-hal yang konsekuensinya buruk.
Di antara cara dan solusi yang digunakan seseorang untuk mengurangi intensitas amarah dan menghindari kecerobohannya, adalah diam. Cara lainnya adalah dengan berwudhu.
عن جدي عطية – هو ابن سعد السعدي ، وقد كانت له صحبة – قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” إن الغضب من الشيطان ، وإن الشيطان خلق من النار وإنما تطفأ النار بالماء ، فإذا أغضب أحدكم فليتوضأ ”
Dari Atiyah al-Sa’adi, Nabi SAW bersabda, “Amarah dari Setan, dan Setan diciptakan dari api, tetapi apinya dipadamkan dengan air, maka jika salah satu dari kalian marah, biarkan dia berwudhu.” (HR Abu Dawud)
Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan cara mengatasi amarah yaitu dengan mengubah posisi saat seseorang marah, dari berdiri menjadi duduk atau berbaring. Dan, pengobatan modern pun mengakui ajaran Nabi SAW soal cara mengatasi amarah.
Jadi, demikianlah wasiat pendek Rasulullah SAW yang sangat sarat makna. Dampak dari mengekang amarah pun sangat dahsyat dan multiefek. (*)
Discussion about this post