Pranala.co, BONTANG — Krisis air bersih mulai mengintai Kota Bontang. Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni, mengungkapkan bahwa sejumlah sumur dalam yang selama ini menjadi sumber utama pasokan air warga sudah menunjukkan penurunan debit yang mengkhawatirkan.
“Beberapa sumur di Kota Bontang sudah krisis, sudah tidak bisa disedot lagi. Termasuk di Bontang Lestari, air memang masih ada, tetapi debitnya terus berkurang,” ujar Neni di Pendopo Rumah Jabatan, Rabu (3/12/2025).
Neni menjelaskan, Bontang tidak memiliki sumber air permukaan seperti sungai besar atau danau. Hampir seluruh kebutuhan air rumah tangga dan industri bertumpu pada sumur dalam (deep well).
Ketika konsumsi meningkat dari tahun ke tahun, tekanan terbesar justru berada pada cadangan air tanah yang kian tipis. Di sejumlah titik, air bahkan tidak lagi bisa ditarik ke permukaan.
“Kita ini sangat bergantung pada air tanah. Saat eksploitasi meningkat, stoknya cepat menurun,” jelasnya.
Kondisi ini bukan sekadar penurunan debit. Neni mengingatkan, jika pengambilan air tanah terus berlangsung tanpa upaya konservasi, Bontang bisa menghadapi ancaman intrusi air laut—fenomena ketika air asin merembes masuk ke lapisan air tanah.
“Kalau intrusi terjadi, kualitas air akan turun drastis dan tidak layak dikonsumsi. Ini sangat berbahaya,” tegasnya.
Pemerintah Kota Bontang kini mempercepat upaya konservasi dan mencari alternatif sumber air bersih. Namun Neni menekankan bahwa keberhasilan penanganan krisis ini perlu dukungan penuh masyarakat dan sektor industri.
“Kita harus bijak menggunakan air. Lingkungan harus dijaga. Kalau tidak, nanti kita sendiri yang merasakan akibatnya,” katanya.
Krisis debit air tanah ini menjadi lampu kuning bagi semua pihak. Pengelolaan air bukan hanya soal menyediakan pasokan, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan demi masa depan Bontang dan generasi berikutnya. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan mari bergabung di grup Whatsapp kami










