Pranala.co, SANGATTA — Peringatan Hari Disabilitas Internasional di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) berlangsung penuh makna. Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, menegaskan pentingnya menghentikan stigma buruk terhadap anak-anak penyandang disabilitas. Ia meminta semua pihak memberi ruang yang setara untuk tumbuh dan berkembang.
“Jangan ada stigma kepada anak-anak disabilitas. Mereka harus diberi ruang dan kesempatan yang sama untuk aktualisasi diri dan mengembangkan potensi mereka,” ujar Ardiansyah saat menghadiri peringatan tersebut di Sangatta, Rabu (3/12).
Ardiansyah menyebut stigma sosial masih menjadi hambatan besar. Banyak anak disabilitas yang belum mendapat akses layak karena persepsi negatif yang terus berkembang di lingkungan sekitar. Dampaknya, kesempatan mereka untuk menunjukkan kemampuan sering kali tertutup.
Ia menegaskan bahwa pemerintah daerah berkewajiban menyediakan fasilitas dan ruang yang inklusif. Tidak hanya bangunan fisik, tetapi juga lingkungan sosial yang ramah, suportif, dan bebas diskriminasi.
Pada momentum Hari Disabilitas Internasional ini, Ardiansyah menekankan pentingnya dukungan finansial yang terstruktur untuk kegiatan pengembangan penyandang disabilitas.
“Urusan pendanaan harus ditangani dinas pengampu di kabupaten. Kegiatan Hari Disabilitas tetap harus ada yang bertanggung jawab di kabupaten,” tegasnya.
Selama ini, kegiatan peringatan Hari Disabilitas banyak dijalankan oleh para guru Sekolah Luar Biasa (SLB). Ardiansyah menilai sudah saatnya pemerintah daerah mengambil peran lebih besar.
Ia menyebut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) serta Dinas Sosial (Dinsos) sebagai kandidat utama yang dapat menjadi penanggung jawab kegiatan terkait disabilitas. Selain itu, ia juga berharap Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) dilibatkan untuk memperkuat sinergi pelayanan.
“Saya minta ada dua atau tiga dinas pengampu. Agar anggaran untuk peringatan Hari Disabilitas terakomodasi. Semoga semua bisa bersinergi,” tambahnya.
Ardiansyah menegaskan bahwa inklusi bukan sekadar seremoni tahunan. Lebih dari itu, inklusi adalah komitmen moral sekaligus kebijakan pemerintah yang harus diwujudkan sepanjang tahun. Kutai Timur, katanya, harus menjadi daerah yang memastikan tidak ada satu pun anak yang tertinggal, apa pun kondisinya.
Dengan ajakan itu, Pemkab Kutim berharap peringatan Hari Disabilitas Internasional bukan hanya momentum seremonial, tetapi menjadi langkah nyata mendorong anak-anak disabilitas mendapatkan hak, ruang, dan kesempatan yang sama seperti anak lainnya. (ADS)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan mari bergabung di grup Whatsapp kami










