BONTANG – PT Energi Unggul Persada (EUP) angkat bicara terkait dugaan pencemaran lingkungan yang menyebabkan ikan mati massal di perairan Bontang Lestari. Pihak perusahaan membantah keterlibatan mereka dalam insiden tersebut dan menegaskan sistem pengolahan limbah berjalan sesuai prosedur.
Humas PT EUP, Jayadi Thaha, menegaskan bahwa tuduhan pencemaran yang diarahkan kepada perusahaannya masih sebatas asumsi yang tidak didukung bukti konkret. Ia menekankan pentingnya penyampaian informasi berdasarkan data yang valid sebelum menarik kesimpulan.
“Saya tidak menantang adu data, tetapi jika berbicara soal pencemaran, harus ada dasar yang jelas. Sistem pengolahan limbah kami masih berjalan normal, dan kapasitas Waste Treatment Plant (WTP) tetap dalam batas aman untuk mengolah seluruh limbah,” ujar Jayadi, kepada pranala.co, Senin (24/3/2025).
Ia menjelaskan, PT EUP memiliki izin resmi berupa Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) dan seluruh limbah yang dibuang telah melalui uji standar baku mutu. Menurut hasil investigasi internal perusahaan, tidak ditemukan pelanggaran atau anomali dalam proses pengolahan limbah.
Jayadi menduga, ada faktor lain yang berpotensi menyebabkan kematian ikan di perairan tersebut. Ia menyebut kemungkinan pengaruh dari luar atau aktivitas nelayan yang tidak bertanggung jawab sebagai penyebab alternatif.
“Bisa saja ikan yang mati bukan akibat limbah industri, melainkan karena faktor eksternal yang terbawa arus. Kami terbuka untuk melakukan uji toksikologi guna memastikan penyebab pasti kejadian ini,” tegasnya.
Selain membantah tuduhan, Jayadi menyayangkan beredarnya informasi yang belum terverifikasi di media sosial. Menurutnya, penyebaran dugaan tanpa bukti yang kuat dapat menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.
“Kami sangat terbuka untuk berdiskusi. Jika ada pihak yang ingin mencari solusi bersama, silakan hubungi kami terlebih dahulu,” pungkasnya.
Sebelumnya, Fenomena ikan mati massal di perairan Santan Ilir menimbulkan keresahan di kalangan nelayan. Kejadian ini mencuat setelah sebuah video yang diunggah akun Facebook Nina Iskandar memperlihatkan ratusan ikan mengapung dalam kondisi tak bernyawa.
Dalam video yang viral tersebut, tampak ikan-ikan terperangkap di jaring nelayan dalam keadaan mati. Unggahan itu disertai narasi yang mencerminkan keprihatinan masyarakat pesisir.
“Video hari ini, nelayan temukan lagi ikan mati… Makan apa lagi sudah nelayan ini?” tulis Nina Iskandar dalam unggahannya.
Unggahan tersebut langsung menuai respons dari warganet. Banyak di antaranya menduga penyebab kematian ikan berkaitan dengan aktivitas industri di sekitar wilayah tersebut. Nina Iskandar juga menyentil keberadaan pabrik di Bontang yang dianggap merugikan nelayan di Santan Ilir.
“Bangun pabriknya di Bontang, nelayan yang sengsara warga Santan Ilir,” lanjutnya dalam keterangan video. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami











Comments 1