Pranala.co, BONTANG — Langit Bontang semakin hijau. Malam itu, Selasa (3/11/2025), Pendopo Rumah Jabatan Wali Kota Bontang menjadi saksi langkah besar menuju masa depan kota yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bontang menerima kunjungan tim Korea International Cooperation Agency (KOICA), delegasi Pemerintah Provinsi Jeju – Korea Selatan, serta perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.
Tujuannya: finalisasi rencana proyek pengelolaan sampah ramah lingkungan yang akan digarap bersama.
Kunjungan itu bukan sekadar silaturahmi. Ini adalah tahap ketiga dari rangkaian kerja sama yang sudah dimulai sejak 2023.
Setelah pertemuan pertama pada September 2023 dan kedua pada Desember 2024, kali ini pembahasan fokus pada pre-feasibility survey dan finalisasi implementasi proyek, dengan nilai hibah mencapai USD 9,3 juta atau sekitar Rp155,9 miliar.
Delegasi Jeju yang hadir antara lain: Oh Gyun Kang, Director of Peace Diplomacy Division, Geun Sik Jeong, Director of Resource Circulation Division, Ui Cheol Shin, Director of Jeju International Development Cooperation Center (IDCC Jeju).
Mereka datang bersama sejumlah ahli lingkungan dari Korea Selatan, disambut langsung Wali Kota Bontang, Neni Moerniaeni.
Neni menyampaikan apresiasi atas dukungan Jeju dan KOICA. Ia menyebut kerja sama ini sebagai tonggak penting menuju Bontang Zero Waste 2029.
“Kunjungan ini menjadi langkah penting dalam memperkuat kerja sama strategis antara Pemkot Bontang, Pemerintah Provinsi Jeju, dan KOICA. Kami berharap kolaborasi ini membawa perubahan nyata dalam sistem pengelolaan sampah,” ujar Neni.
Neni menegaskan, hibah besar itu akan dikelola dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas. “Nilai besar ini merupakan amanah. Kami akan kelola dengan penuh tanggung jawab,” tegasnya.
Usia Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bontang Lestari kini tinggal 3–4 tahun. Artinya, tanpa inovasi, Bontang bisa menghadapi krisis pengelolaan sampah dalam waktu dekat.
Lebih berat lagi, mulai tahun 2030 pemerintah daerah dilarang membangun atau memperluas TPA baru, sesuai arahan Menteri LHK.
“Karena itu, pengelolaan sampah dari sumbernya menjadi keharusan,” tutur Neni.
Proyek bersama Jeju dan KOICA ini akan menghadirkan teknologi pengelolaan sampah modern, sekaligus membuka jalan bagi transformasi sampah menjadi energi terbarukan.
Diskusi teknis antara KOICA, Jeju, dan jajaran Pemkot Bontang digelar hingga malam. Mereka membahas rencana infrastruktur, sistem teknologi, hingga strategi implementasi di lapangan.
Neni optimistis, proyek ini bukan hanya menjadikan Bontang bersih dari sampah, tetapi juga model nasional untuk pengelolaan sampah menjadi energi hijau.
“Ini kontribusi nyata terhadap upaya global menekan emisi karbon,” pungkasnya. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami










