PRANALA.CO, Samarinda – Sejumlah wilayah di Indonesia mulai merasakan dampak dari fenomena La Nina sejak awal Oktober lalu. Di Samarinda, Kalimantan Timur kondisi serupa juga dialami. Masyarakat pun diminta selalu waspada. Utamanya petaka yang ditimbulkan oleh La Nina yakni banjir dan tanah longsor karena curah hujan meningkat.
“Untuk kondisi sekarang memang terjadi pergeseran anomali La Nina yang berkembang dari lemah ke moderat,” ujar Faizal Wempy, prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Samarinda, Kamis (12/11) siang.
Wempy menerangkan, sebenarnya perubahan anomali tersebut tak terlalu mempengaruhi pembentukan awan di Kaltim secara umum. Pasalnya, saat ini intensitasnya masih lemah sampai sedang dengan curah hujan yang beragam.
Meski demikian warga tetap diminta waspada, utamanya warga Samarinda. Lantaran bukan tak mungkin kondisi tersebut bisa berubah. Lebih-lebih ketika hujan dengan tingkatan sedang terjadi dua sampai tiga hari.
“Potensinya genangan (banjir) di Samarinda itu ada. Apalagi curah hujannya deras, jadi kami imbau warga tetap waspada. Hingga saat ini kami masih mengumpulkan data,” ungkapnya.
Fenomena La Nina ini memang patut mendapat perhatian, sebab kata Wempy, saat ini Kaltim secara keseluruhan sudah masuk musim penghujan sejak pekan pertama November ditambah lagi dengan La Nina. Hanya saja pengaruhnya memang tak terlalu terlihat dibanding dengan kondisi La Nina kuat. Jadi wajar bila cuaca masih cerah.
“Ini juga dipengaruhi oleh siklon tropis yang melanda Filipina beberapa waktu lalu, sehingga pembentukan awan oleh La Nina tak banyak terjadi. Makanya jarang hujan dan cerah-cerah saja,” sebutnya.
Dia menambahkan, puncak dari fenomena La Nina ini bakal dirasakan sejak Desember 2020 hingga Februari 2021 mendatang. Ketika itu terjadi curah hujan bakal meningkat. Dan saat itu berlangsung maka khusus warga Kota Tepian harus bersiaga. Nantinya setelah masuk Maret, intensitas hujan mulai berkurang. Berakhirnya nanti menjelang Agustus 2021.
[fr|idn]
Discussion about this post