PRANALA.CO – Film horor bertajuk “Do You See What I See” merupakan adaptasi dari podcast horor populer Do You See What I See yang dikurasi oleh Mizter Popo.
Film garapan sutradara Awi Suryadi ini mengambil cerita dari episode ke-64 yang berjudul First Love. Film dari MD Pictures ini siap tayang di bioskop-bioskop di Indonesia.
Sinopsis Do You See What I See
Selepas kehilangan kedua orangtuanya, Mawar (Diandra Agatha) sering kali merasa kesepian. Rasa sepinya ini sering ia ungkapkan pada Vey (Shenina Cinnamon), teman satu kos sekaligus sahabatnya.
Pada hari ulang tahunnya, Mawar berharap bisa menemukan seorang pria yang dapat membuat hari-harinya tak lagi sepi. Permintaan Mawar pun terwujud ketika ia bertemu dengan seorang pria bernama Restu.
Vey sebagai sahabat ikut berbahagia mendengar kabar Mawar berpacaran dengan Restu. Sayangnya sejak saat itu, hal-hal aneh mulai terjadi.
Entah mengapa, kos-kosan mereka mengalami berbagai teror mistis. Kejadian demi kejadian aneh terjadi hingga Vey menemukan petunjuk bahwa terjadinya gangguan mistis ini berkaitan dengan pacar baru Mawar.
Membuat Set Kuburan
Sutradara Awi Suryadi bercerita banyak hal perihal film garapannya itu. Salah satu yang diungkap adalah, Awi bersama tim sampai rela menggali tanah untuk membuat set kuburan, tempat syuting dilakukan.
“Iya karena kita perlu ngegali (membuat set kuburan). Jadi kita pikir gak mungkin di kuburan beneran. Kalau beneran, pasti pada umumya yang orang-orang di dalamnya dalam arti warna warni (kuburannya) gak satu tone. Dan saya pengin dalam satu shoot kuburan itu satu tone. Jadi kita bikin,” kata Awi Suryadi di kawasan Setiabudi, Jakarta Selatan, Rabu, 15 Mei 2024.
“Dan ada adegan secara mistis kuburannya berubah jadi satu warna semua. Itu juga gak mungkin kita lakukan di kuburan beneran. Jadi ya sudah akhirnya kita bikin yang sebenarnya hutan kota gitu. Kita set akhirnya. Jadi lebih bebas lah untuk kita gali dan ganti misalnya,” tambahnya.
Menjalani syuting di set kuburan, diakui Awi sangat tidak mudah dan memiliki tingkat kesulitan tinggi. Terlebih, karena adegannya di malam hari, maka proses syuting pun tidak bisa dilakukan di siang hari. Tantangan semakin terasa sulit karena adegan yang dilakoni adalah scene hujan.
“Karena tingkat kesulitannya memang tinggi banget (syuting di set kuburan). Sangat-sangat tinggi. Karena adegannya malam, jadi kita cuma bisa mulai setelah jam makan malam dengan batas sampai matahari terbit. Karena shoot-nya banyak, masang lighting-nya juga susah. Terus adegannya juga hujan. Jadi memang dibutuhkan dengan tingkat kesulitan yang tinggi,” kata Awi. (*)
Discussion about this post