PRANALA.co – Rencana Pelabuhan Lok Tuan, Bontang, Kalimantan Timur dijadikan lokasi muat batu bara memang lagi jadi buah bibir belakangan ini. Satu per satu para legislator angkat bicara. Kini, anggota DPRD Bontang Nursalam juga ikut menyorotinya. Dia mengingatkan agar Pemkot Bontang tidak gegabah mengambil keputusan terkait Pelabuhan Lok Tuan untuk kepentingan batu bara.
Politisi Golkar ini pun menuliskan tanggapannya di akun media sosialnya @Salam Palopo. Politisi gaek ini mengingatkan agar Wali Kota Bontang terpilih, Basri Rase lebih mawas terkait persoalan Pelabuhan Lok Tuan.
Nursalam mengapresiasi sikap Wali Kota Neni Moerniaeni yang berani menolak rencana pemanfaatan Pelabuhan Lok Tuan untuk batu bara. Ia juga berharap wali kota terpilih mengikuti jejak pendahulunya.
“Sikap Walikota ini, setidaknya menjadi notifikasi dan signal bagi calon penggantinya, Walikota terpilih Basri Rase, agar hati hati dalam mengambil sikap sehingga tidak mengulangi “kesalah” masa lalu,” tulis Salam diakun Facebooknya, Minggu (14/3/2021).
Menurut politisi kawakan dari Partai Golkar ini, Basri harus mempertimbangkan rentetan gugatan terhadap pemerintah yang berakhir kekalahan. Salam menyebutkan gugatan yang dimaksud yakni pemberian izin NPK Cluster dan Dualisme Kwarcab Pramuka.
“Boleh jadi pengalaman “pahit” itu yang melatari Neni Moerniaeni tak ingin gegabah mengizinkan pelabuhan Loktuan menjadi terminal penumpukan batubara, karena jika dipaksakan, bukan tidak mungkin warga akan melakukan perlawanan ke PTUN sebagaimana yang telah dilakukan Miswanto dan Supriyono,” bebernya.
Basri diminta mempertimbangkan matang-matang dampak yang muncul apabila izin pemanfaatan Pelabuhan Lok Tuan diberikan. Dirinya khawatir akan ada sejumlah oknum ‘nakal’ yang ingin mengambil kesempatan dalam persoalan ini.
“Sebagai sahabat pula, maka saya juga berkewajiban mengingatkan walikota terpilih saudara Basri Rase,” ujar Salam.
Berikut tulisan Salam di akun media sosialnya :
Jangan Sampai Tiga Kali
PERNYATAAN dan Sikap Walikota Bontang Neni Moerniaeni menolak pemanfaatan pelabuhan Loktuan untuk kepentingan bongkar muat batubara, sudah tepat dan harus didukung semua pihak.
“Jangankan tanda tangan, berkasnya di meja saya saja saya nggak mau lihat,” begitu bunda Neni, kepada para wartawan, Sabtu, 27 Februari 2021.
Alasan Neni menolak wacana tersebut lantaran bersinggungan dengan persoalan dampak lingkungan yang bakal terjadi.
Sikap Walikota ini, setidaknya menjadi notifikasi dan signal bagi calon penggantinya, Walikota terpilih Basri Rase, agar hati hati dalam mengambil sikap sehingga tidak mengulangi “kesalahan” masa lalu.
Sekadar mengingatkan, pemkot Bontang pada tahun 2017 dan 2018, mengalamai kekalahan dalam sengketa perdata dengan warga di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Samarinda.
Sengketa dimaksud adalah rencana pembangunan megaproyek pabrik NPK Cluster di lokasi PKT. Atas rekomendasi Dinas LH, Walikota mengeluarkan izin lokasi yang kemudian ditentang warga.
Sebanyak 43 warga Loktuan yang dimotori Miswanto menggugat Pemkot ke PTUN. Alhasil, PTUN Samarinda mengabulkan permohonan Miswanto dkk dengan membatalkan izin yg dikeluarkan Walikota Bontang.
Kekalahan kedua, dalam kasus dualisme kepengurusan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kota Bontang. Ketua Kwarcab pimpinan Supriyanto menggugat SK Walikota yg menetapkan Artahnan Saidi (mantan Sekda) sebagai ketua Kwarcab Bontang. Hasilnya, lagi lagi pemkot Kalah. SK Walikota dibatalkan PTUN.
Boleh jadi pengalaman “pahit” itu yang melatari Neni Moerniaeni tak ingin gegabah mengizinkan pelabuhan Loktuan menjadi terminal penumpukan batubara, karena jika dipaksakan, bukan tidak mungkin warga akan melakukan perlawanan ke PTUN sebagaimana yang telah dilakukan Miswanto dan Supriyono.
Berpikirlah wahai pengambil kebijakan, jangan sampai dipermalukan tiga kali di PTUN. Keledai saja tidak mau jatuh dua kali dalam lubang yang sama.
Sebagai Sahabat, saya mendukung penuh sikap Bunda Neni. Itu keputusan cerdas. Sebagai sahabat pula, maka saya juga berkewajiban mengingatkan walikota terpilih saudara Basri Rase.
Sudah saat nya saudaraku Basri Rase berpikir cerdas, bahwa rencana pemanfaatan pelabuhan Loktuan sebagai terminal penumpukan batubara, pasti menjadi perhatian banyak pihak untuk ikut menikmati dengan segala bentuk kepentingannya.
Jika kemudian kehadiran proyek tersebut menimbulkan persoalan yang menimbulkan penolakan dari warga, maka persoalan tersebut akan menjadi konsumsi publik, terbuka lebar dan berkembang menjadi bola liar yang sulit dikontrol, jika tidak segera disikapi secara benar.
Jangan sampai ada kesan mengandalkan kekuasaan dan uang untuk menyelesaikan persoalan ini, karena hanya akan menambah persoalan baru. Terlebih ada rumor berkembang di masyarakat, konon ada ratusan juta, bahkan miliaran rupiah akan digelontorkan oleh oknum2 tertentu demi mendapatkan izin dari pemkot. Semoga saja rumor ini tidak benar.
Wallahualam bishawab…🙏
#SelamatBerakhirPekan
#SalamUntukSemuaSalam [ADS]
Discussion about this post