CINTA lama bersemi kembali (CLBK). Kalimat itu mungkin saja pantas disematkan kepada bakal calon pasangan Neni Moerniaeni-Joni Muslim yang kini memantapakan diri bertarung di Pilkada Bontang, 9 Desember mendatang.
Memang, tidak ada deklarasi dilakukan keduanya. Namun, deretan bilboard ukuran jumbo yang terpampang hampir di semua media jalan protokol Kota Bontang, Kalimantan Timur sudah mengisyaratkan mantapnya bacalon ini kembali bergandengan tangan di pesta demokrasi lima tahunan itu.
Bacalon Petahana Pilkada Bontang, Neni Moerniaeni pun juga buka suara. Dia mengamini bakal berpasangan dengan Joni Muslim, Ketua DPD Nasdem Bontang di kontestasi politik 5 tahunan sekali. Bahkan ia menyebut tak perlu lagi melakukan deklarasi pasangan calon. Lantaran menganggap baliho mereka yang tersebar di billboard Bontang sudah cukup sebagai penanda deklarasi berpasangan di Pilkada 2020.
“Enggak pakai deklarasi. Cukup saja itu (bilboard),” kata Neni Moerniaeni, Selasa, 16 Juni 2020 saat dikonfirmasi.
Sekadar pengingat saja. Nama Joni Muslim bukan kali pertama digaungkan untuk bersanding dengan Neni Moerniaeni. Masih ingat, Pilkada 2015? Joni sempat berpasangan dengan Neni. Tak lama mendeklarasikan diri maju sebagai calon wakil Wali Kota Bontang, Ketua Nasdem Bontang itu malah menyatakan mundur dari pertarungan. Rencana maju di Pilkada melalui jalur independen bersama Neni Moerniaeni buyar.
Tapi, Neni mempercayai Joni untuk mencari pengganti ideal. Tak butuh waktu lama untuk pengusaha itu mencari pengganti dirinya. Sepekan kemudian, nama Basri Rase disodorkan olehnya kepada Neni Moerniaeni untuk maju pada Pilkada 2015. Itu kenangan Pilkada lalu.
Neni bilang pada Pilkada 2015 lalu dirinya yang melamar Joni untuk jadi bacalon wakil walikota. Namun saat ini keadaan berbalik, justru dirinya yang sekarang dilamar Joni Muslim. “Mungkin itu jalan hidup kita. Kalau dulu (gagal), sekarang allah menginginkannya. Positif (berpasangan dengan Joni) billboard itu deklarasi. Mungkin jodohnya. Satu chemistry. Saya sampaikan dari dulu, waktu saya DPR RI. Dulu ada sesuatu dan lain hal, pak Joni mengundurkan diri,” ungkapnya.
Sekarang, Joni Muslim ‘melamar’ Neni Moerniaeni, jika dulu dia yang melamar saat menjabat Anggota DPR RI. “Nah, sekarang saya sudah Walikota, kita sama-sama bangun Bontang jauh lebih baik,” sambungnya.
Diakui Neni, hasil survei personal Joni Muslim yang diakuinya lebih baik ketimbang bacalon wakil walikota yang mendaftar di Golkar beberapa waktu lalu. Joni dianggap tertinggi, di antara 7 yang ada. “Kita tak serta-merta ambil (wakil) di samping harus satu cemistri juga. Nah, kalau pak Joni seperti anak saya, ya, dari dulu. Sudah seperti keluarga. Orangnya sabar dan baik,” pungkasnya.
SK DPP Golkar Keluar Juli
KETUA Harian Golkar Bontang, Arham menyebut SK DPP Golkar kemungkinan besar bakal turun awal Juli mendatang. “Awal Juli sudah selesai, maksudnya SK sudah turun,” katanya, Kamis (11/6/2020) menukil tribun.
Ahram menambahkan, Ketua DPD Golkar Bontang telah mendapat surat tugas dari DPP sebelum pandemi Virus Corona ( covid-19 ). Salah satu poinnya, selain mengangkat elektabilitas dan popularitas calon yang diusung, juga mencari pasangan yang ideal untuk berlaga di kontestasi Pilkada 2020.
“Bunda (Neni) dapat surat tugas, ada penugasan DPP sebelum pandemi covid-19. Salah satu isinya untuk mengangkat elektabilitas dan popularitas. Poin terakhir mencari pasangan yang ideal. Artinya kewenangan itu ada sama beliau. Kira-kira dipersentasikan 90 persen,” ujarnya.
Disinggung nama Joni Muslim, Ketua DPD Nasdem Bontang yang belakangan ini menunjukkan akselerasi politiknya, dengan berani mengumbar bakal berpasangan dengan Neni Moerniaeni. Arham tak bisa menampik sosok Joni Muslim.
“Nama yang menguat Joni. Dari seluruh yang berkompetisi kemarin, dia yang berani tampil. Risiko semua ada. Politik itu harus kerja keras. Kalau maju mundur itu setengah-setengah namanya,” ucapnya.
Ditanya apakah pihaknya sudah merencanakan deklarasi pasangan, Arham berkata hal itu belum bisa dilakukan selama SK DPP Golkar belum turun ke Bontang.
“Tunggu SK dulu. Kaltim ini ada 9 pilkada. Barang itu masih di DPD provinsi. Di DPP tak ada nama, artinya sekarang persoalan selera,” ucapnya.
“Ini persolaan perintah, bukan sepakat atau tidak sepakat. DPP bunyinya begitu, tak ada pilihan. Mesin partai bergerak,” jawabnya saat ditanya bagaimana pendapat pengurus partai terkait calon pendamping Neni Moerniaeni. (*)
Discussion about this post