pranala.co – Serpihan roket Long March 5B milik China yang jatuh di Kalimantan akhir pekan lalu akhirnya ditemukan. Rongsokan yang ditemukan berukuran cukup besar dan jatuh di area dekat pemukiman warga.
Core stage roket berbobot 22 ton itu jatuh tak terkendali ke Bumi pada akhir pekan lalu. Sebagian besar roket itu terbakar di atmosfer, tapi menurut perkiraan ilmuwan sekira 20-40 persen serpihan akan jatuh ke Bumi.
Kini serpihan-serpihan tersebut sudah mulai ditemukan. Warga di daerah sekitar perbatasan Indonesia dan Malaysia melaporkan penemuan rongsokan roket.
Beberapa bagian roket yang ditemukan berukuran cukup besar. Sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan parah jika jatuh di area pemukiman. Beruntung, rongsokan itu jatuh di wilayah terbuka.
“Jadi, rekap CZ-5B (singkatan Long March 5B): puing-puing signifikan jatuh di Kalimantan, Indonesia dan Sarawak, Malaysia,” kata ahli astrofisika dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics Jonathan McDowell, seperti dikutip dari Space, Selasa (2/8/2022).
“Tidak ada korban atau kerusakan properti yang dilaporkan, tetapi puing-puing berada di dekat desa dan jika meleset beberapa ratus meter saja bisa menjadi cerita yang berbeda,” sambungnya.
Roket Long March 5B diluncurkan pada 24 Juli untuk mengantarkan modul Wentian yang akan menjadi bagian dari stasiun luar angkasa Tiangong milik China. Core stage roket itu ikut masuk ke orbit dan enam hari kemudian ditarik oleh atmosfer Bumi.
Roket ini jatuh tidak terkendali, berbeda dengan kebanyakan roket yang bisa disetir agar jatuh di area yang tidak dihuni atau di lautan, atau seperti kasus roket Falcon 9 milik SpaceX yang bisa didaratkan secara vertikal untuk digunakan kembali.
Skenario Long March 5B tidak hanya unik tapi juga kontroversial karena potensi kerusakan dan jatuhnya korban jiwa yang bisa ditimbulkan. Setelah jatuhnya roket terbaru ini, badan antariksa China pun dihujani kritik oleh ilmuwan dan petinggi di komunitas antariksa.
Menurut Administrator NASA Bill Nelson, semua negara yang melakukan perjalanan ke luar angkasa harus mengikuti standar yang sudah ada.
Selain itu melakukan tugasnya untuk memberi informasi semacam ini agar bisa menghadirkan prediksi yang akurat terkait risiko kejatuhan serpihan, terutama untuk kendaraan besar seperti Long March 5B, dengan risiko besar kehilangan nyawa dan kerusakan bangunan.
“Hal ini sangat penting dilakukan untuk bertanggung jawab atas penggunaan luar angkasa dan memastikan keamanan orang di Bumi,” tambahnya.
Peluncuran roket Long March 5B yang pertama pada Mei 2020 menyisakan puing-puing yang jatuh di Afrika Barat, tepatnya di Pantai Gading. Peluncuran kedua pada April 2021 menyisakan roket yang jatuh di Samudera Hindia.
Sepertinya kasus roket China jatuh terkendali tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Roket Long March 5B dijadwalkan untuk mengantarkan modul Tiangong ke orbit pada musim gugur mendatang, mungkin pada Oktober 2022. **
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post