PRANALA.CO – Ilmuwan yang menyisir pegunungan di Borneo menjumpai spesies kodok pelangi borneo yang sudah tidak pernah didapati sejak 87 tahun terakhir.
Kali ini, mereka berhasil mengabadikannya dan foto itu menjadi foto kodok pelangi Borneo pertama di dunia. Sebelumnya, dokumentasi kodok itu hanya merupakan gambar ilustrasi
Conservation International, organisasi nirlaba yang fokus pada kelestarian lingkungan memasukkan kodok pelangi borneo (Ansonia latidisca) dalam daftar “Top 10 Most Wanted Lost Frogs.” Lembaga ini juga sempat mengungkapkan kekhawatiran bahwa kodok tersebut mungkin sudah punah. Kodok itu terakhir kali terlihat oleh penjelajah Eropa pada tahun 1924.
Menurut Indraneil Das, profesor asal Sarawak Malaysia University yang memimpin ekspedisi, mereka melakukan pencarian sejak Agustus lalu namun tidak berhasil menemukan kodok tersebut.
Setelah memfokuskan pencairan ke kawasan pegunungan Penrissen yang jarang dieksporasi selama seabad terakhir, akhirnya mereka menemukan tiga ekor A. latidisca tinggal yang hidup di tiga pohon yang berbeda. Kodok-kodok yang ditemukan terdiri dari merupakan seekor kodok jantan, betina, dan seekor anak kodok.
“Sangat menyenangkan mengetahui bahwa alam bisa memberikan kejutan ketika kita sudah hampir menyerah, apalagi di saat krisis kepunahan terus meluas di planet kita,” kata Robon Moore, peneliti spesialis amfibi dari Conservation International saat mengumumkan temuan tersebut.
Meski berhasil menemukan, Das dan timnya menolak untuk mengungkapkan posisi pasti kodok itu demi menghindari penangkapan liar karena tingginya permintaan atas amfibi berwarna-warni tersebut. Namun demikian, para peneliti akan terus mencari tahu seputar populasi kodok ini di Penrissen.
Spesies ini dapat ditemui di Indonesia dan Malaysia. Habitat alaminya adalah sungai dan hutan tropis atau subtropis yang lembap di dataran rendah. Katak ini terancam karena kehilangan habitat.
Tiga spesimen A. latidasca yang ada berukuran kecil, dengan panjang antara 30 hingga 50 mm. Mereka punya kaki kurus panjang dan kulit belakang berwarna hijau terang, ungu dan merah.
Bintik-bintik berwarna pada kulit belakang itu tidak rata tetapi “berkerikil” dan mirip kutil. Ahli amfibi Robin Moore memberitahu National Geographic bahwa kulit semacam itu biasanya merupakan tanda-tanda adanya kelenjar racun.
(Sumber: MSNBC)
Discussion about this post