Jakarta, PRANALA.CO — Angka yang keluar dari mulut Marthinus Hukom membuat ruang rapat di Komisi III DPR RI seketika senyap. Rp500 triliun — itulah nilai perputaran uang narkoba di Indonesia setiap tahunnya. Jumlah yang hampir sama besar dengan anggaran kesehatan negara.
“Perputaran uang narkoba di Indonesia diperkirakan mencapai Rp500 triliun per tahun,” ujar Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu tegas, Senin (5/5/2025).
Kalimat itu bukan asal sebut. Data yang dibawa Marthinus ke Kompleks Parlemen, Jakarta, disusun rapi dari laporan dan survei yang BNN kumpulkan selama bertahun-tahun. Termasuk angka yang selalu bikin miris: jumlah penyalahguna narkotika yang kini sudah tembus lebih dari 3 juta orang.
Sebanyak 3,33 juta orang — dari usia 15 sampai 64 tahun — terjerat narkotika. Data itu hasil survei prevalensi tahun 2023, dengan angka prevalensi 1,73 persen dari total populasi. Angka yang, kata Marthinus, “mayoritas adalah pengguna aktif.”
Ada lima provinsi yang sudah lama jadi sorotan BNN. Mereka mencatatkan tingkat penyalahgunaan narkotika tertinggi se-Indonesia. Sumatera Utara menduduki peringkat pertama dengan prevalensi 6,5 persen.
Disusul Sumatera Selatan (5,0 persen), DKI Jakarta (3,3 persen), Sulawesi Tengah (2,8 persen), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (2,3 persen). Data ini memang dari 2019. Tapi, kata Marthinus, gambaran wilayah merah narkotika tak jauh berubah sampai sekarang.
“Sumatera Utara dan Sumatera Selatan itu titik rawan. Tapi jangan lupa, Jakarta pun angka penyalahgunaannya tinggi,” ucapnya.
Yang membuat heran, katanya, perputaran uang gelap Rp500 triliun itu nyaris tak terlihat permukaannya. Seolah ada sungai besar di bawah tanah yang alirannya lancar, tanpa henti. Dari bandar, pengedar, hingga pengguna. Dari kota besar, pelabuhan, sampai desa-desa pelosok.
Pertemuan pagi itu memang bukan sekadar dengar pendapat. Marthinus membawa pesan penting: perang melawan narkoba belum selesai, bahkan makin pelik.
“Jumlah penyalahguna makin tinggi, uang yang berputar makin besar. Kalau kita tidak serius, negara bisa hancur dari dalam,” ujarnya.
Tantangannya, selain bisnis narkoba yang makin rapi, adalah regenerasi pengguna. Remaja-remaja baru terus disasar. Jalurnya pun makin canggih — dari dark web, media sosial, sampai jasa ekspedisi.
Kepala BNN ini memang bicara dengan suara tenang. Tapi isinya bikin bulu kuduk berdiri. Bagaimana tidak, dengan uang Rp500 triliun, apa saja bisa dibeli: senjata, aparat, pengusaha, bahkan pejabat.
Yang membuat rapat itu sedikit lega, Marthinus menutup laporannya dengan satu kalimat optimistis. “Kami tidak akan mundur. Tapi butuh dukungan semua pihak, termasuk DPR. Tanpa itu, kita akan lelah sendiri,” tutupnya. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Tidak ada komentar