PENDUDUK miskin di Kalimantan Timur (Kaltim) pada Maret 2020 sebanyak 230.260 jiwa atau 6,10 persen dari total penduduk. Angka tersebut naik 0,19 persen dibandingkan September 2019 sebesar 5,91 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur (BPS Kaltim) Anggoro Dwitjahyono mengatakan bahwa jumlah warga tidak mampu di pedesaan lebih besar dibandingkan perkotaan. September lalu, di kota sebesar 4,29 persen dan desa 9,26 persen. Setengah tahun kemudian naik menjadi 4,45 persen (kota) dan 9,51 persen (desa).
Sedangkan, dari sisi jumlah, warga miskin kota pada September sebanyak 108.000 dan desa 112.750 jiwa. Maret naik menjadi 113.270 (kota) dan 116.990 (desa).
“Berarti jumlah penduduk miskin secara absolut bertambah 9.350 orang (secara persentase naik 0,19 persen poin),” ujar Anggoro, dalam rilis virtual Rabu (15/7/2020) kemarin.
Anggoro menjelaskan bahwa selama 6 bulan tersebut, garis kemiskinan naik sebesar 3,70 persen dari Rp638.690 menjadi Rp662.302 per kapita per bulan. Komoditas makanan berperan paling besar, yaitu menyumbang 70,03 persen pada garis kemiskinan.
Jika dirinci, komoditas makanan, beras dan rokok merupakan tiga besar kontributor pengaruh kemiskinan. Di kota, masing-masing menyumbang 24,06 persen, 17,96 persen, dan 6,98 persen. Sementara desa 24,82 persen, 22,13 persen, dan 6,54 persen.
Untuk nonmakanan, perumahan, listrik, dan bensin adalah sektor yang memberikan andil besar dari garis kemiskinan. Di kota, ketiganya secara berturut-turut memberikan andil 35,92 persen, 12,63 persen, dan 11,22 persen. Sedangkan di desa sebesar 43,33 persen, 11,54 persen, dan 10,34 persen.
“Sementara tingkat ketimpangan di Kaltim berada di kategori tingkat rendah. Pada maret 2020, gini ratio tercatat sebesar 0,328. Turun sebesar 0,007 dibandingkan September 2019 sebesar 0,335,” jelas Anggoro. (*)
Discussion about this post