PRANALA.CO, Samarinda – Calon Wali Kota Bontang nomor urut 2, Neni Moerniaeni menegaskan angka pengangguran tinggi di Bontang merupakan warisan pemerintahan terdahulu. Yakni, era Adi Darma-Isro Umarghani.
Ditambah lagi, anjloknya harga migas jadi salah satu faktor tingginya jumlah pengangguran di Kota Bontang kala itu. “Angka pengangguran kota Bontang adalah warisan pemerintah dahulu ( Adi Darma),” kata Neni saat Debat Publik kedua di Samarinda, Rabu (18/11) malam.
Neni bilang pada 2017 pengangguran di kota Bontang di angka 12 persen. Dua tahun sesudahnya mengecil ke angka 9 persen pada 2019. “Alhamdulilah 2019 saat ini, angka pengangguran menurun jadi 9 persen. Artinya, dari pembinaan perusahaan sudah komitmen,” ujarnya.
Perda 10 Tahun 2018 pasal 24 ayat 1 menerangkan bahwa pemberi kerja alias perusahan yang beroperasi di Bontang harus mempekerjakan orang Bontang 75 persen. “Itu sudah dilakukan. Tetapi namanya kota industri datang lagi pencari kerja lain,” ucapnya.
Pada zaman pemerintahannya, dia mengklaim bahwa komitmen perusahaan pekerjakan tenaga kerja lokal sudah berjalan. Neni mencontohkan bahwa dampak keberadaan industri hilir yaitu kilang CPO mempekerjakan 650 pekerja, 70 persen tenaga kerja lokal.
“Tak hanya EUP dan GPK. Tapi juga PKT juga sama. Ruang 70 persen buat masyarakat Bontang cari kerja pada perusahan yang ada di Bontang. EUP sekarang yang kerja 70 persen tenaga kerja lokal,” ungkapnya.
Selain itu, Neni membeberkan pada masa pemerintahannya ekonomi non migas tumbub 6,18 persen. Artinya, setiap ada pertumbuhan ekonomi, satu persen pasti tercipta pengurangan pengangguran sekitar 400 orang.
Di akhir statement. Neni juga mengapresiasi Pupuk Kaltim dan anak perusahaannya. Serta Badak LNG yang selama ini sudah membantu Pemkot Bontang. Sehingga program kerja Pemkot dapat bersinergi dengan perusahaan.
“Saya ucapakan terima kasih. Kami doakan agar PKT, anak perusahaan, dan Badak LNG sukses dan eksis terus. Serta kepada semua ASN dan pegawai di lingkungan Pemkot Bontang, terima kasih atas kerja samanya selama ini,” tutup Neni.
Sementara, Calon Wali Kota nomor urut 01, Basri Rase mengaku malu Bontang jadi wilayah dengan angka pengangguran tertinggi di Kalimantan Timur.
“Saya malu sebenarnya. Bontang pengangguran tinggi. Kita (Bontang) ini daerah industri. Penduduknya sedikit. Kenapa paling tinggi pengangguran di Kaltim,” ujarnya.
Lebih lanjut, Basri menyebut Perda Nomor 10 Tahun 2018 tetap menjadi senjata pemerintah untuk menekan perusahaan yang beroperasi di Bontang. Tak lain kaitannya dengan pemberdayaan tenaga kerja lokal 70 persen.
“Perda ini bukan untuk dimaini, atau disimpan di laci. Tapi dilaksanakan. Ini menyangkut kesejahteraan masyarajat,” ujarnya.
[id|red]
Discussion about this post