KONSUMSI belanja daring (online) menjadi sebuah pola baru bagi masyarakat yang hidup dan berinteraksi dengan gawai/gadget yang terkoneksi dengan jaringan Internet.
Tren tersebut didukung dengan banyaknya platform e-commerce yang kian tahun kian marak hadir. Lihat saja, banyak pengembang e-commerce yang saling serobot untuk berebut tahta guna mendapatkan atensi dari pengguna internet.
Di sebuah penelitian yang dilakukan perusahaan teknologi e-commerce, SIRCLO, menunjukkan rerata satu orang konsumen Indonesia dapat berbelanja online sebanyak 3-5 kali saban bulan, dan menghabiskan hingga 15 persen dari pendapatan bulanan mereka.
Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada 2019, mencatat pertumbuhan pengguna internet dan dampaknya bagi tren belanja online. Setidaknya, data yang ditampilkan Susenas 2019 berada para rentang kategori generasi dan kota-kota yang generasinya menggunakan layanan internet untuk belanja online.
Susenas 2019 mengungkap, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 116 juta. Dari angka itu, tercatat penggila belanja online didominasi oleh milenial (lahir pada 1981-1996). Data tersebut mencatat, dari 47 juta milenial pengguna internet, sebanyak 17 persen atau sekitar 7,8 juta di antaranya suka belanja online. Entah itu membeli kebutuhan barang atau memakai jenis jasa.
Kemudian jumlah pengguna internet dari generasi Z (lahir pada 1997 ke atas) sekitar 44 juta, dan 3,8 juta (9 persen) di antaranya suka belanja di internet. Sementara dari kalangan generasi X (lahir pada 1965-1980) ada sekitar 21 juta pengguna internet yang 13 persen atau 2,7 juta penggunanya doyan berbelanja daring.
Lalu generasi yang lahir pada 1946-1964 (baby boomers), dari 4,5 juta jumlahnya hanya 10 persen saja yang memanfaatkan internet untuk belanja online, atau sekira 450 ribu orang. Terakhir kalangan dari generasi paling lawas, yakni silent generation (lahir 1928-1945), dari 124 ribu orang, hanya 9 persen yang memanfaatkan fasilitas ini.
Dari sekian banyak kota, Susenas 2019 mencatat sekira 10 kota yang intensitas belanja online generasi milenialnya cukup tinggi. Selain kota besar, masuk pula kabupaten, hingga kota administratif.
Jika dilihat dari grafik, persentase 10 daerah di Indonesia, tertinggi milenial yang suka belanja online ada di kota DI Yogyakarta, yakni dari 113 ribu jumlah milenial yang tercatat, 42 persen di antaranya suka belanja online. Kota Bontang, Kalimantan Timur berada di peringkat 8, yakni 31 persen dari total 43 ribu milenial.
Sementara jika melihat jumlah banyaknya milenial yang paling rajin belanja online berdasarkan kota, maka yang tertinggi adalah Depok, Jawa Barat, dengan 203 ribu milenial, diikuti kemudian oleh kota administratif Jakarta Selatan (DKI) dengan jumlah 193 ribu milenial. Berikut daftarnya:
- 203 ribu milenial di Depok, Jawa Barat,
- 193 ribu milenial di Jakarta Selatan, DKI,
- 107 ribu milenial di Kab. Sleman, DI Yogyakarta,
- 64 ribu milenial di Padang, Sumatra Barat,
- 47 ribu milenial di DI Yogyakarta,
- 14 ribu milenial di Salatiga, Jawa Tengah,
- 13 ribu milenial di Bontang, Kalimantan Timur,
- 11 ribu milenial di Madiun, Jawa Timur
- 9 ribu milenial di Kab. Bulungan, Kalimantan Utara, dan
- 700 milenial di Kab. Yahukimo, Papua.
Faktor penyebab milenial suka belanja online
Soal sebab mengapa kaum milenial keranjingan belanja online, Zebra Technologies Corporation (Zebra) merilis hasil survei bertajuk Shopper Study 2020 untuk wilayah Asia Pasifik.
Riset tersebut merupakan penelitian pasar di industri yang menganalisis kebiasaan pembeli, karyawan toko, pemimpin industri ritel, hingga tren ritel dan teknologi.
Dalam riset itu juga disebutkan jika generasi milenial lebih mendominasi tren belanja online ketimbang generasi lainnya. Generasi ini jugal tercatat sebagai generasi yang paling konsumtif ketimbang generasi lainnya.
Alasannya, seperti dituliskan Pinkkorset, adalah mereka merasa lebih nyaman dan mudah membeli secara online ketimbang menyambangi langsung ke ritel. Dikatakan pula, mereka memilih belanja di e-commerce karena nyata-nyata memiliki harga yang jauh lebih kompetitif ketimbang ritel.
Keunggulan lain yang ditawarkan e-commerce adalah pengembalian tanpa batas jika barang yang dibeli tak sesuai dengan spesifikasi yang terdaftar di toko online.
Toko-toko online kini pun memiliki multi-peran, mulai dari pusat distribusi, pemenuhan pesanan, hingga memudahkan proses pembelian, agar pelanggan lebih nyaman serta aktif melakukan interaksi dengan pelanggan. (*)
Discussion about this post