Dari gen Asia yang mengisi gen orang Madagaskar tersebut diketahui berasal dari campuran gen dari populasi suku di Kalimantan, yakni Banjar, Ngaju, Dayak Kalimatan Selatan, Lebbo, Murut, Dusun, dan Bidayuh.
Lebih rinci Pai dkk menemukan bahwa dari gen Asia tersebut, sebanyak 37 persennya memuat gen orang Banjar. Ia menyimpulkan sekelumit pencampuran gen tersebut sudah terjadi sejak tahun 1275 Masehi dan butuh waktu tujuh abad sehingga membentuk gen—yang seolah asli—masyarakat Madagaskar.
Perjalanan Mereka Sampai ke Madagaskar
Meski para wanita ini berhasil dilacak dan menjadi pewaris gen orang Madagaskar, namun hingga kini riset genetik tersebut belum mampu mengungkap bagaimana rute perjalanan para wanita Banjar itu hingga bisa sampai ke Madagaskar.
Teori kolonisasi Madagaskar menyebutkan bahwa kolonisasi yang dilakukan para wanita Banjar ini diterka sangat terencana. Mengingat bahwa secara letak geografis, pulau Madagaskar sangat cocok untuk pelabuhan dalam perdagangan jalur Afrika ke Eurasia.
Beberapa hipotesis muncul kala menerka perjalanan para wanita Banjar ini. Pertama, yang paling mungkin terjadi adalah mereka datang menumpang kapal dagang.
Kedua, Madagaskar kemungkinan dijadikan koloni dagang resmi atau sebagai pusat pengungsian sementara bagi korban-korban yang kehilangan harta dan tempat tinggalnya akibat ekspansi militer Sriwijaya.
Pai mengungkap kalau secara historis, paling mungkin dilakukan napak tilas adalah menyusuri perjalanan dan pelajaran Kerajaan Sriwijaya.
‘’Yang memiliki kemampuan navigasi dan time frame yang memungkinkan adalah Sriwijaya,’’ katanya kepada Tirto.
Berdasarkan Hikayat Banjar, masih dikutip oleh Tirto, Sriwijaya pernah mendirikan pos dagang di Kalimantan bagian selatan. Di sana, mereka akhirnya memiliki keturunan yang berlanjut dengan masyarakat lokal, termasuk Ma’anyan.
Pai membuktikan hal tersebut dari komposisi gen orang Banjar. Hasilnya terdapat 77 persen gen Melayu dan 23 persen Ma’anyan. Diperkirakan pencampuran itu terjadi pada 1525 dan pada tahun itu pula merupakan waktu yang sangat sesuai dengan masa kemunduran Kerajaan Sriwijaya.
Kembali pada hipotesis, yang ketiga, yaitu para wanita Banjar itu tidak sengaja sampai ke Madagaskar dengan menumpang sebuah kapal. Hipotesis ini sebenarnya didukung oleh simulasi yang Cox dkk lakukan dengan melibatkan arus laut dan pola cuaca di sekitar kawasan itu.
Semisal, Cox contohkan, pada masa Perang Dunia II bangkai kapal yang dibom dekat Sumatera dan Jawa ternyata terbawa arus hingga ke Madagaskar. Hal tersebut, dinilai Cox, sangat mungkin pernah terjadi pada pelaut di masa lalu.
Tentu yang ia bicarakan adalah perjalanan para wanita Banjar itu. Hingga kini belum ada hasil penelitian terakurat lainnya untuk mengungkap perjalanan wanita Banjar sampai di Madagaskar. Tetapi satu hal yang diyakini oleh masyarakat Madagaskar adalah, ‘’Nenek moyangku orang Indonesia’’. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Discussion about this post