pranala.co – Masih teringat dibenak Fuji Riang Prastowo, peneliti kesenian sekaligus antropolog Universitas Gadjah Mada pada tahun 2015 silam. Bagaimana ia seolah merasakan de javu atau kala itu ia menyebutnya, ‘’Apa yang saya lihat di Madagaskar itu sama seperti kartu pos zaman Belanda,’’ ungkapnya kepada Kumparan, 10 Juni 2017 silam. Berikut Menguak Misteri 28 Wanita Borneo Penjajah Benua ke-8.
‘’Bayangan orang Madagaskar itu abstrak karena mereka nggak peduli mereka datang dari suku apa atau pulau mana. Tidak jelas refleksinya. Di sejarah nasional, mereka merasa sebagai Indonesia,’’ jelasnya.
Madagaskar memang dikenal sebagai pulau terbesar keempat di dunia setelah Australia. Sedikitnya sekitar 100 juta tahun lalu, wilayah ini terpisah dari daratan Benua Afrika.
Sehingga letaknya berjarak jauh 400 kilometer dari pesisir pantai bagian timur Afrika. Oleh sebab itu flora dan fauna di sana mengalami evolusi yang berbeda dan sangat khas.
Hasilnya 80 persen spesies yang ada di sana hanya bisa ditemukan di Madagaskar saja. Itulah alasan mengapa negara Republik Madagaskar sempat dijuluki sebagai benua kedelapan.
Sejak diungkapnya sebuah penelitian pada 2012 lalu, sebuah tim di bawah pimpinan Murray Cox yang terdiri dari para pakar biologi molukuler dari Massey University, New Zealand, terkejut bahwa populasi paling awal di Madagaskar dimulai dari 28 orang wanita yang berasal dari Indonesia. Dan diketahui bahwa mereka adalah perempuan suku Banjar.
Kisah Penemuan Koloni Indonesia dalam Tubuh Masyarakat Madagaskar
Dalam jurnal Cox berjudul Proceedings of the Royal Society B, pada 21 Maret 2012, Cox bersama tim menganalisis DNA Mitokondria dari 266 orang Madagaskar dan 2745 orang Indonesia.
266 orang Madagaskar ini diambil dari suku etnis asli Malagasi—sebutan masyarakat asli Madagaskar—yang terdiri dari Mikea, Vezo, dan Andriana Merina.
Sedangkan ribuan sampel dari orang Indonesia itu diambil dari 12 pulau Indonesia, yaitu Sumatera, Nias, Mentawai, Jawa, Bali, Sulawesi, Sumba, Flores, Lembata, Alor, Pantar, dan Timor.
Alasan memilih fokus pada DNA Mitokondria, diungkap Cox, karena jenis DNA ini terdapat di organel sel yang berfungsi sebagai pusat pabrik energi sel-sel manusia yang diturunkan lewat ibu.
Hasilnya mengungkapkan bahwa 20 persen dari contoh yang diteliti ternyata mempunyai varian lokal bermotif ‘’polinesia’’.
Motif polinesia adalah sebuah karakter genetik kecil yang ditemukan di antara orang-orang dari ras Polinesia yang diketahui dimiliki juga oleh orang-orang Indonesia bagian Barat.
Bahkan pada salah satu suku Malagasi, karakter ini ternyata ditemukan pada satu dari dua orang yang diambil sampel.
‘’Kami berpendapat kolonisasi awal (Madagaskar) oleh sekelompok kecil perempuan Indonesia, kurang lebih 30 orang,’’ ungkapnya dikutip Discovery (h/t Kompas.com)
Dari 30 orang tersebut diketahui bahwa 93 persennya, atau sebanyak 28 orang tersebut memiliki ciri khas paling terlihat yang sangat identik dengan wanita Indonesia. Tujuh persen lainnya, atau sebanyak dua orang lainnya diketahui berasal dari wanita Afrika.
Ternyata Mereka Adalah Wanita Banjar
Beberapa penelitian hasil penemuan ini, mereka mengaitkannya dengan hasil jejak genetika serta bahasa yang digunakan oleh masyarakat Madagaskar.
Seperti jurnal Maurizio Serva dan tim yang berjudul Malagasy Dialects and the Peopling of Madagascar (2011), menyebutkan bahasa Malagasi yang digunakan penduduk Madagaskar dekat dengan bahasa yang digunakan orang-orang Ma’anyan di daerah lembah Sungai Barito di tenggara Kalimantan.
Tingkat kesamaan kosakata dasarnya juga mencapai 45 persen. Dan dalam Jurnal tersebut Serva dkk menyimpulkan pengguna bahasa Ma’anyan tiba di Madagaskar sejak tahun 650 Masehi.
Pai dkk menemukan bahwa 32 persen gen Asia menjadi bagian komposisi yang cukup besar dalam gen orang Madagaskar. Meskipun 68 persennya didominasi gen Afrika.
Discussion about this post