PRANALA.CO, Bontang – Tradisi sarapan bersama atau membeko kembali digelar di Anjungan Bontang Kuala, Sabtu (30/11/2024). Acara tahunan ini menghadirkan 45 jenis kue tradisional, termasuk kue cincin, yang menjadi salah satu ikon kuliner lokal. Membeko bukan sekadar ajang makan bersama, tetapi simbol pelestarian kearifan lokal yang kental dengan budaya kebersamaan masyarakat pesisir.
Lurah Bontang Kuala, Sanusi, memberikan apresiasi kepada warga yang antusias mendukung terselenggaranya kegiatan ini. Ia menekankan pentingnya tradisi membeko untuk terus diperkenalkan kepada masyarakat luas.
“Ini merupakan suatu kearifan lokal yang harus kita angkat dan lestarikan, agar masyarakat Bontang mengenal dan mencintai budaya khas ini,” ujar Sanusi.
Tradisi membeko telah berlangsung selama tiga tahun berturut-turut sejak 2022. Menariknya, kegiatan ini awalnya digagas secara mandiri oleh warga, dengan pendanaan hasil iuran bersama. Tahun ini, pemerintah turut memberikan dukungan untuk memastikan acara berjalan lebih baik.
“Kegiatan ini sudah kami laksanakan sejak 2022 hingga tahun ini. Biasanya tanpa menggunakan uang pemerintah, kami mengandalkan sumbangan warga. Namun, sekarang ada bantuan dari pemerintah,” jelas Sanusi.
Jika tahun sebelumnya membeko menghadirkan 1.001 jenis kue dan mengundang berbagai paguyuban di Kota Bontang, tahun ini sajian disederhanakan menjadi 45 jenis. Meski demikian, semangat pelestarian tradisi tetap terjaga. Sanusi optimistis bahwa jumlah dan variasi kue akan kembali bertambah di tahun-tahun mendatang.
“Acara tahun ini kami sajikan 45 jenis kue saja. Kalau tahun sebelumnya ada 1.001 macam. Ke depan, kami akan memperkenalkan lebih banyak lagi dan mengundang lebih banyak paguyuban untuk berpartisipasi,” tambahnya.
Sanusi berharap, membeko tak hanya menjadi tradisi kuliner, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat persatuan masyarakat Kota Bontang. Tradisi ini mencerminkan budaya gotong royong dan kebersamaan yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pesisir Bontang Kuala.
“Harapan saya, kegiatan ini mampu menyatukan masyarakat Bontang untuk bisa berkumpul dan sarapan bersama dalam suasana yang penuh kehangatan,” tutup Sanusi.
Istilah membeko berasal dari bahasa Bontang Kuala, yang berarti makan bersama di pagi hari. Tradisi ini mencerminkan kehidupan masyarakat pesisir yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan solidaritas. Dengan melibatkan semua lapisan masyarakat, membeko menjadi pengingat akan pentingnya menjaga budaya lokal di tengah arus modernisasi.
Dengan semangat yang terus terjaga, tradisi membeko diharapkan menjadi warisan budaya yang menginspirasi masyarakat untuk terus melestarikan nilai-nilai lokal dan mempererat kebersamaan. (*)
Dapatkan berita terbaru PRANALA.co di Google News dan bergabung di grup Whatsapp kami
Discussion about this post