SAMARINDA, pranala.co – Masih ada 236.250 warga miskin di Kalimantan Timur (Kaltim) selama kurun Maret 2022. Angka ini meningkat 3.120 orang dibanding September 2021 dan menurun 5.520 orang pada Maret 2021 lalu. Berdasar persentase warga miskin Kaltim pada Maret 2022 sebesar 6,31 persen. Sama dengan meningkat 0,04 poin persen terhadap September 2021 dan menurun 0,23 poin persen terhadap Maret 2021,
Kepala BPS Provinsi Kalimantan Timur, Yusniar Juliana Nababan dalam rilis resminya mengatakan secara nasional, angka kemiskinan terendah di Bangka Belitung: 4,45 persen, tertinggi di Papua: 26,56 persen. 18 Provinsi angka kemiskinan dibawah Nasional. 16 Provinsi Angka Kemiskinanv diatas Nasional. “Angka Kemiskinan Kaltim pada posisi 10 terendah,” papar Yusniar.
Dijelaskan pula, persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret 2022 sebesar 4,80 persen, naik dari 4,74 persen pada September 2021. Sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada Maret 2022 sebesar 9,64 persen naik dari September 2021 sebesar 9,63 persen.
Dibanding September 2021, jumlah penduduk miskin Maret 2022 perkotaan naik sebanyak 2,31 ribu orang (dari 121.280 orang pada September 2021 menjadi 123.590 orang pada Maret 2022).
“Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan naik sebanyak 0,81 ribu orang (dari 111.850 orang pada September 2021 menjadi 112.660 orang pada Maret 2022),” kata Yusniar.
Garis Kemiskinan pada Maret 2022 tercatat sebesar Rp728.208,-/kapita/bulan dengan komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp513.874,- (70,57 persen) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan sebesar Rp214.334,- (29,43 persen).
Pada Maret 2022, secara rata-rata rumah tangga miskin di Provinsi Kalimantan Timur memiliki 5,31 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-rata adalah sebesar Rp3.866.784,-/rumah tangga miskin/bulan.
Menurut Yusniar, untuk mengukur kemiskinan di Kaltim, BPS menggunakan konsep kebutuhan dasar (basic needs approach) Handbook on Poverty and Inequality: The World Bank, 2009. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur menurut garis kemiskinan (makanan & bukan makanan).
Tambahan informasi, garis kemiskinan makanan adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan (setara 2100 kkalori per kapita per hari). Garis kemiskinan bukan makanan adalah nilai minimum pengeluaran untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan pokok non-makanan lainnya. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata Pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan dan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas).
“Cakupan sampel Susenas Maret 2022 di Kaltim adalah 613 blok sensus atau 6.130 rumah tangga dan realisasi sampel rumah tangga sebanyak 5.998 rumah tangga (97,84%),” ungkap Yusniar.
Fenomena sosial di Kaltim yang memengaruhi jumlah penduduk miskin Maret 2022 adalah terjadi inflasi sebesar 0,70 persen dengan tingkat inflasi tahun kalender 1,23 persen dan tingkat Inflasi tahun ke tahun sebesar 2,86 persen.
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga pada Triwulan I-2022 tumbuh sebesar 1,25 persen (y-on-y). NTP Tanaman Pangan Maret 2022 mengalami penurunan sebesar 92,90, lebih rendah di banding NTP September 2021 yang sebesar 94,18.
“Pada Februari 2022, jumlah penduduk usia kerja yang menganggur sebesar 129,49 ribu orang, bertambah 3,3 ribu orang dibandingkan Agustus 2021 yang sebesar 126,19 ribu orang,” kata Yusniar.
Pada periode September 2021 – Maret 2022, harga eceran beberapa komoditas pokok mengalami kenaikan antara lain cabai rawit, minyak goreng, telur ayam ras, tepung terigu, gula pasir, dan bawang merah. Namun demikian, terdapat pula beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain daging ayam ras, kedelai dan daging sapi. (re/dwi)
Discussion about this post