pranala.co – Usai Debat Publik Pilkada Bontang, Sabtu (7/11/2020) di Hotel Grand Mutiara lalu, Basri Rase secara yakin akan mampu mempersiapkan Bontang pascamigas.
Katanya waktu itu, bahwa industri migas di Kota Bontang, Kalimantan Timur diprediksi bakal tenggelam dalam waktu dekat. Misal, Badak LNG yang berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur, sudah kekurangan pasokan gas. Dari 8 process train dengan 22,5 juta metrik ton LNG yang dapat dihasilkan per tahun. kini hanya beroperasi 2 train.
“Bagaimana pun Badak LNG pasti akan selesai. Sekarang tinggal satu train. Tahun 2022 kontrak habis,” bebernya waktu itu saat ditanya oleh wartawan terkait Bontang pascamigas.
Tak hanya itu persoalannya, katanya lagi dana bagi hasil (DBH) Bontang kian kempes. Untuk DBH Bontang 2021 saja hanya berada di angka Rp 345,6 miliar, nilai itu turun dari DBH tahun 2020 berjumlah Rp444,9 miliar, dan mempengaruhi postur APBD Bontang.
Karena itu, kini Basri Rase yang telah aktif menjadi Wali Kota sejak 23 Maret Lalu, mengaku mulai melakukan upaya itu.
Salah satu yang dilirik, dan diproyeksi akan mendompleng usaha Bontang terlepas dari industri migas ialah sektor pariwisata. Di dalamnya, sudah termasuk dalam pengembangan UMKM, ekonomi kreatif, serta pelestarian budaya sebagai destinasi wisata. Hal itu di ungkapkan lagi saat ia menghadiri salah satu kegiatan diskusi publik di kafe Paradiso Jalan Tenis, Bontang beberapa waktu lalu.
Dalam diskusi itu ia mengungkapkan, upaya Kota Bontang untuk fokus ke sektor pariwisata ialah dengan menata ulang OPD terkait. OPD yang dimaksud ialah Dinas Pemuda Olahraga dan Parawisata. Wacananya, OPD ini akan dipecah, dan memisahkan bidang pemuda dan olahraga dalam bidang fungsinya.
“Jadi akan jadi Parawisata saja, tapi bidangnya ada tiga, yaitu Budaya, Ekonomi Kreatif dan Pariwisata,” kata Basri.
Menyikapi hal itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata, Bambang Cipto Mulyono mengatakan, pihaknya sendiri sudah mempersiapkan program-progam pemaksimalan sektor pariwisata di Bontang.
Seperti tahun ini, Bambang mengatakan tengah berfokus dalam mengelola Desa Digitial (DD) dan Desa Wisata (DW). Meskipun begitu, program ini akan dilakukan secara bertahap.
Mulai dengan mempersiapkan tiga desa wisata terlebih dahulu. Ketiganya yaitu, Guntung, Malahing dan Bontang Kuala. “Nanti menyusul tiga berikutnya,” jelasnya.
Bahkan Bontang Kuala, saat ini sedang mengikuti lomba desa sadar wisata di tingkat nasional. terus diguntung saat ini mengikuti lomba pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) tingkat provinsi. Saat ditanya mampukah Bontang mengandalkan sektor wisata untuk menggantikan industri migas, Bambang mengaku cukup yakin.
Katanya, hal itu tergantung keseriusan seluruh elemen dari pemerintahan dan masyarakat. Lebih lanjut ia menyebut terdapat 5 komponen yang harus terlibat dalam mewujudkan hal itu. Pertama pemerintah sendiri, harus memberikan dukungan politis dan anggaran.
“Tanpa dukungan politik dan anggaran, saya rasa juga sulit,” jelasnya.
Dispopar sendiri sudah menyiapkan Rencana Induk Kepariwisataan Daerah (RIPARDA). Cetak birunya sudah dirumuskan secara jangka panjang hingga tahun 2025.
Dukungan kedua ia sebut dari dunia usaha. Misalnya dengan bantuan corporate social responsibility (CSR) bisa banyak membantu dalam pembangunan wisata.
“Alhamdulilah PT Badak dan PKT sudah banyak membantu kita,” jelasnya.
Ke empat, pihaknya meminta dukungan dari akademisi dan sekolah-sekolah. pasalnya kesadaran wisata harus juga menjadi bagian dari pendidikan formal dan informal. Keempat, yaitu dukungan kelompok masyarakat.
Dalam hal ini, Bambang menyebut asosiasi yang bersinergi dengan pemerintah untuk mengembangkan sektor wisata. Contohnya seperti Putri, Pokdarwis, HPI, ASITA dan lain-lain. Terakhir juga peranan media massa dalam mempromosikan potensi-potensi yang ada di Kota Bontang..
“Jika hal ini bersinergi, maka kita mampu untuk 5 tahun kedepan kita bisa lah bersaing,” jelasnya.
Tak hanya sinergisitas, Bambang juga menyebutkan Bontang telah unggul dalam tiga hal untuk menjadi kota tujuan wisata. Pertama dalam hal Aksesbilitas. keberadaan pelabuhan dan Bandara APT Pranoto di Samarinda, dinilai memberi kemudahan bagi calon wisatawan untuk datang ke Kota Bontang.
Juga dalam hal Amenitas, kata Bambang kota ini sudah memiliki hotel, hiburan malam dan kawasan belanja yang memadai. Ke tiga atraksi, daya tarik wisata juga tidak kalah dengan daerah lain. Mulai dari potensi wisata bahari, wisata buatan, wisata alam, wisata religi hingga wisata seni budaya.
“Di Bontang ada etnis dengan paguyuban-paguyuban, didukung perkampungan nelayan. Tinggal good will dari pemerintah serta dukungan anggaran juga penting,” jelasnya.
Selain itu Bambang mengklaim, sektor pariwisata juga banyak menyumbang untuk kas daerah. Tahun lalu saja pajak pariwisata, disebut mencapai sekitar Rp9 miliar.
Bambang menjelaskan pajak pariwisata tidak hanya ditarik melalui penarikan retribusi parawisata. tapi juga dari restoran, hotel, pajak hiburan, karaoke, biliard.
“Itu yang harus dibedakan, kadang-kadang kita dibilang nol pendapatan. Padahal ada dari sektor lain yang sudah maksimal,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ketua Perhimunan Usaha Tama Rekreasi (PUTRI) Bontang Eko Satriyo dihubungi hari ini, Senin (9/8) mengatakan akan siap bersinergi dengan pemerintah dalam mewujudkan hal itu. Bahkan jika terdapat pajak retribusi yang dikenakan untuk setiap taman rekreasi.
Namun, ia meminta agar pemerintah juga memberikan dukungan kepada destinasi wisata yang dikelola oleh swasta. Misalnya terkait dengan promosi, akses prasarana dan sarana,
“Namanya menarik wisatawan domestik, Nasional hingga internasional, harusnya tidak lepas dari dukungan pemerintah,” tandasnya. (*)
Discussion about this post