pranala.co – Seperti sudah diprediksi, tahun ini Lorde akan meluncurkan album ketiga. ‘Solar Power’ menyusul perilisan ‘Melodrama,’ 4 tahun sebelumnya. Jelang perilisan album di musim panas ini, Lorde meluncurkan 2 single “Solar Power” dan “Stoned at the Nail Salon.”
Berbeda dengan musisi pop lain, Lorde seakan memiliki jadwal 4 tahunan untuk merilis album baru. Setiap 4 tahun sekali, penyanyi asal New Zealand tersebut kembali dengan era serta album baru, melakukan tur ke beberapa negara, kemudian langsung vakum.
Lorde bahkan tidak merilis single, featuring, atau aktif di media sosial selama masa vakum tersebut. Sang penyanyi yang mulai meroket di usia 16 tahun ini begitu saja menghilang dari peredaran. Hingga nanti, 4 tahun kemudian kembali dengan era dan album baru.
Perputaran tersebut dilakoni Lorde setelah merilis ‘Melodrama’ di tahun 2017. Sebelumnya pada tahun 2013, penyanyi ini pun menjalani hal serupa. Jadi tak mengherankan bila era ‘Solar Power’ kali ini pun tak jauh berbeda.
Seperti juga saat meluncurkan ‘Melodrama,’ ‘Solar Power’ hadir sebagai era baru. Lorde menutup lembar terakhir era emosional mengenai patah hati terbesar dalam ‘Melodrama.’ Menyambut pendengar dan penggemar dalam limpahan sinar matahari dan petikan nada-nada ringan ala musim panas di ‘Solar Power.’
Lead single “Solar Power” meluncur bersamaan dengan pengumuman album ketiga, ‘Solar Power’ di bulan Juni kemarin. Selang beberapa minggu, Lorde merilis single kedua dari album ini, “Stoned at the Nail Salon.”
“Forget all the tears you’ve cried, it’s over,” menjadi salah satu bait lirik di “Solar Power,” mengisyaratkan berakhirnya era patah hati di ‘Melodrama.’ Sebagai lead single, track ini secara sempurna menggambarkan arah musikalitas album ketiga nantinya.
“Solar Power” seakan membawa pendengarnya berjalan di sepanjang pesisir pantai; dengan laut biru, hamparan pasir putih, dan terik matahari musim panas. Lorde menghadirkan summer track yang tidak mengajak pendengarnya berpesta atau berdansa. Namun merangkul para pendengar dalam nuansa liburan menenangkan dan melepas penat.
Lorde memang berusaha merangkul para pendengarnya dalam nuansa musim panas menghanyutkan melalui track ini. “Lead the boys and girls onto the beaches,” dendangnya, “Come one, come all/ I’ll tell you my secrets.” Dan bukan Lorde bila tak memberikan quotable punchline dalam lagu-lagunya. Di “Solar Power,” punchline tersebut terdengar sassy dan seakan sebuah meme-material: “I’m kind of like a prettier Jesus.”
Aransemen minimalis dan permainan cantik dari instrumen bass serra gitar di lagu ini hadir berkat Jack Antonoff. Antonoff sekaligus menjadi produser dan co-writer. Hadirnya Antonoff memang mau tak mau memberikan nafas Lana Del Rey dalam track ini.
Dentuman drum membuncah di chorus dibawa oleh Matt Chamberlain. Sedangkan Clairo dan Phoebe Bridgers menyumbangkan suara untuk backing vocal.
Untuk single kedua “Stoned at the Nail Salon”, Antonoff masih duduk di kursi produser dan menyumbangkan permainan instrumen string. Sekali lagi sang produser menyisipkan vibe Lana Del Rey dalam lagu ini. Kali ini dari era ‘Chemtrails Over the Country Club.’
“Stoned at the Nail Salon” mengusung musikalitas tak jauh berbeda dengan “Solar Power.” Lorde masih berada di pantai, di suatu musim panas, namun ia tak lagi menikmati keceriaan dengan sang kekasih mengambil foto di latar belakang. “Stoned at the Nail Salon” justru berkutat dengan insecurity. Kegelisahan atas pilihan hidup, yang sepertinya dialami sebagian besar remaja: “Got a wishbone drying on the windowsill in my kitchen/Just in case I wake up and realize I’ve chosen wrong.”
Track ini terdengar lebih mellow, dengan Lorde menarasikan tentang pudarnya kehidupan dan segala keindahannya. Meski tetap tidak meninggalkan vibe musim panas nan menenangkan di suatu pantai yang jauh tersembunyi.
Aransemen dan produksi apik pun masih jadi kekuatan tersendiri. Terutama pada layered vokal di bagian pre-chorus untuk “Well, my blood’s been burning for so many summers now / It’s time to cool it down, wherever that leads.” Disusul dengan vokalisasi lebih apik lagi untuk chorus pada bait “‘Cause all the beautiful girls, they will fade like the roses / And all the times they will change, it’ll all come around / I don’t know / Maybe I’m just stoned at the nail salon / Maybe I’m just stoned at the nail salon, again.”
Kedua track, “Solar Power” dan “Stoned at the Nail Salon” melengkapi satu sama lain. Ketika “Solar Power” mengisyaratkan bagaimana Lorde melupakan dunia untuk menikmati musim panas (“I throw my cellular device in the water / Can you reach me? No, you can’t.”), “Stoned at the Nail Salon” menggambarkan kegelisahan atas dunia yang terus berputar tanpa dirinya.
“Solar Power” dan “Stoned at the Nail Salon” juga menghadirkan musikalitas hingga vibe berbeda dari diskografi Lorde sebelumnya. Meski kedua track terdengar memiliki sentuhan musik Lana Del Rey, terutama irama folk pada “Stoned at the Nail Salon”, Lorde tak kehilangan identitasnya.
Kedua single ini pun tak terdengar sebagai eksperimen Lorde menjangkau genre musik baru, pop dengan irama lofi, chilled out produksi, dan aransmeen minimalis. Maupun nada-nada folk dari instrumen gitar dan melodi bass. Lorde justru membuat suara di kedua track seakan sudah menjadi bagian dari musiknya.
Ia tidak bereksperimen, melainkan menyingkap tabir baru dalam musikalitas yang belum pernah diperlihatkan ke pendengar. Sisi lain dari musik Lorde. **
Penulis: Aluna Nayaka | Cultura
Discussion about this post