SAMARINDA – Tanaman kratom (Mitragyna speciosa) kembali mencuri perhatian publik dengan kisahnya yang penuh kontroversi dan potensi ekonomi yang melonjak.
Meskipun diperdebatkan statusnya sebagai narkotika, budidaya kratom telah lama menjadi penopang ekonomi masyarakat di beberapa daerah Indonesia.
Kratom, yang berasal dari Asia Tenggara, tidak hanya dianggap sebagai tanaman obat tradisional untuk mengatasi nyeri dan gangguan kesehatan lainnya, tetapi juga memunculkan peluang bisnis yang menggiurkan.
Permintaan global akan kratom terus meningkat, terutama dari pasar Amerika Serikat dan Eropa, di mana tanaman ini digemari sebagai suplemen herbal.
Menurut data dari Kementerian Perdagangan, ekspor kratom Indonesia mengalami dinamika yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2019, nilai ekspor kratom kembali bangkit dengan pertumbuhan tahunan mencapai 15,92%.
Pada tahun 2023, tercatat lonjakan ekspor sebesar 52,04% dalam lima bulan pertama, menunjukkan potensi besar dalam kontribusi ekspor non-migas Indonesia.
“Kami melihat bahwa kratom memiliki pangsa pasar yang stabil dan permintaan yang terus meningkat di pasar internasional,” ujar seorang pejabat Kementerian Perdagangan yang tidak ingin disebutkan namanya.
“Meskipun ada tantangan dalam regulasi dan fluktuasi harga, industri kratom Indonesia berhasil menunjukkan ketangguhan dan daya saingnya di pasar global.”
Tantangan dalam produksi dan distribusi telah menjadi fokus perbaikan bagi pemerintah dan pelaku industri. Upaya meningkatkan kualitas dan keberlanjutan budidaya kratom juga menjadi prioritas untuk menjaga pangsa pasar yang stabil dan kepercayaan konsumen internasional.
Dengan adanya upaya-upaya tersebut, harapan untuk terus mengembangkan industri kratom Indonesia dalam skala global semakin nyata.
Diharapkan, Indonesia dapat memanfaatkan potensi penuh dari tanaman ini sebagai salah satu komoditas unggulan dalam meningkatkan ekspor non-migas di masa mendatang. (*)
1 tahun lalu
[…] ekspor tercatat di kedua sektor, baik migas maupun nonmigas. Ekspor migas turun 5,22% menjadi US$181,70 juta, sementara ekspor nonmigas merosot 8,05% menjadi US$1,84 […]