NABI Muhammad SAW menjanjikan surga kepada umatnya yang mampu menghidupkan sunnah-sunnahnya mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi.
عَنْْ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: يَا بُنَيَّ إِنْ قَدَرْتَ أَنْ تُصْبِحَ وَتُمْسِيَ لَيْسَ فِي قَلْبِكَ غِشٌّ لِأَحَدٍ فَافْعَلْ. ثُمَّ قَالَ لِي: يَا بُنَيَّ وَذَلِكَ مِنْ سُنَّتِي، وَمَنْ أَحْيَا سُنَّتِي فَقَدْ أَحَبَّنِي، وَمَنْ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الْجَنَّةِ
Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Anas bin Malik, dia berkata, “Rasulullah berkata kepadaku, “Wahai, anakku! Jika kamu mampu pada pagi sampai sore hari di hatimu tidak ada sifat khianat pada seorangpun, maka perbuatlah.” Kemudian beliau SAW berkata kepadaku lagi: “Wahai, anakku! Itu termasuk sunnahku. Dan barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa yang telah mencintaiku, maka aku bersamanya di surga.”
Syekh Nawawi Al Bantani dalam kitabnya Nasaihul ‘Ibad, menuliskan bahwa Ali bin Abi Thalib RA pernah mengatakan, “Siapa yang tidak ada sunnatullah dalam dirinya, maksudnya aturan-aturan Allah SWT (sunnah rasul-Nya) aturan-aturan Rasul dan sunnah para walinya, yaitu contoh amal ibadah mereka, (maka tidak ada mempunyai sedikit pun di tangannya) maksudnya ia tidak mempunyai sedikit pun sesuatu yang berharga.” Lalu Ali pernah ditanya apa yang dimaksud dengan sunnatullah itu. Ali menjawab:
من لم يكن عنده سنة الله وسنة رسوله وسنة اوليائه فليس فى يده شيء : قيل له ما سنة الله؟ قال: كتمان السر وقيل ما سنة الرسول؟ المدراة بين الناس وقيل ما سنة اوليائه؟ قال: احتمال الاذی عن الناس وكانوا من قبلنا يتواصون بثلاث خصال: ويكاتبون بها من عمل لأخرته كفاه الله امر دينه ودنياه ومن احسن سريرته احسن الله علانيته ومن اصلح ما بينه وبين الله اصلح الله ما بينه وبين الناس
“Menyembunyikan rahasia. Rahasia, adalah sesuatu yang harus disembunyikan, agar orang lain tidak mengerti. Menyembunyikan rahasia orang lain adalah wajib. Ali ditanya lagi, “Apa yang dimaksud dengan sunnah Rasul itu?” Ali menjawab: “Bersikap ramah kepada sesama manusia.” Tentang sifat ramah, sebagaimana disebutkan dalam syair:
“Berbuatlah terhadap mereka selagi engkau berada di rumah mereka dan buatlah hati mereka puas, selama engkau berada di bumi mereka.”
Ali RA, lalu ditanya lagi apa yang dimaksud dengan sunnah para wali itu? Ali menjawab: “Sabar dalam menghadapi perlakuan yang menyakiti hati.”
Dalam kaitan ini orang-orang sebelum kami juga biasa saling mengingatkan, yaitu saling menasihati satu kepada yang lainnya dan berkirim surat dengan tiga hal berikut:
Pertama, siapa yang beramal sesuatu dari amalan yang baik untuk kepentingan akhiratnya, maka Allah akan memelihara urusan agama dan dunianya.
Kedua, siapa yang membina batinnya atau isi hatinya, maka Allah akan memperbaiki lahirnya karena keadaan zahir orang menunjukkan isi batinnya.
Ketiga, dan siapa yang memperbaiki hubungan dirinya dengan Allah SWT dengan berbuat amal yang ikhlas, terbebas dari riya, ujub dan sum’ah maka Allah akan menjamin kebaikan hubungan antara dia dan sesama manusia. “Karena orang yang dicintai Allah itu juga akan dicintai makhluk-Nya,” katanya.
Menurut Syekh Nawawi riya berarti beramal karena diperlihatkan kepada orang lain, sedangkan sum’ah beramal supaya diperdengarkan kepada orang lain. Riya berkaitan dengan indra mata, sedangkan sum’ah berkaitan dengan indra telinga. (*)
Discussion about this post